BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat kita lakukan
adalah dengan memahami bagaimana anak didik kita belajar. Dalam mencapai tujuan
tersebut maka terlebih dahulu kita harus mengetahui teori belajar itu sendiri.
Teori ini bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan
untuk dapat maju atau berkembang, dan memecahkan masalah – masalah yang ditemukan
dalam setiap bidang itu.
Maya
untuk pertama kali masuk sekolah. Ibu guru menerimanya dengan senyuman dan
pujian. Belum lagi dua minggu berlalu, maya minta diantarkan ke sekolah lebih
pagi sambil berkata pada ibunya bahwa ia akan menjadi guru bila sudah besar.Seorang mahasiswa fakultas sastra diberitahu oleh
dosennya, bahwa ia mempunyai bakat mengarang. Ia mulai mengisi majalah kampus,
dan setelah dua tahun ia telah menyelesaikan naskah pertamanya.
Setiap uraian belajar yang dikemukakan di atas yang merupakan belajar yang dapat berlangsung di sekolah dan di sekitar sekolah adalah berbagai contoh dari belajar. Belajar terjadi kerap kali dan dimana saja.
Setiap uraian belajar yang dikemukakan di atas yang merupakan belajar yang dapat berlangsung di sekolah dan di sekitar sekolah adalah berbagai contoh dari belajar. Belajar terjadi kerap kali dan dimana saja.
Banyak
definisi yang diberikan tentang belajar. Dalam makalah ini hanya satu definisi
belajar yang kami kemukakan yaitu teori belajar Ausubel, yaitu suatu definisi
yang kelihatannya sederhana, tetapi dengan memberikan penjelasan tentang komponen – komponen yang terdapat
didalamnya, mudah – mudahan definisi itu akan menjadi lebih berarti dan
bermakna.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Sebutkan apa saja indikator yang menjadi
fokus menurut teori Ausubel?
2. Bagaimana penerapan teori ausubel dalam mengajar?
3. Bagaimana skenario pembelajaran menurut teori Ausubel?
2. Bagaimana penerapan teori ausubel dalam mengajar?
3. Bagaimana skenario pembelajaran menurut teori Ausubel?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa saja indikator yang
menjadi fokus menurut teori Ausubel.
2.
Untuk memahami penerapan teori ausubel
dalam proses pengajaran
3.
Untuk mengetahui contoh skenario
pembelajaran menurut teori Ausubel
BAB II
DASAR TEORI
A.
Pengertian
Belajar Menurut Ausubel
Menurut
Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada
tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk
final, maupaun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada
tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam
hal ini terjadi belajar bermakna. Akan
tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru
itu, tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.
Kedua
dimensi ,yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna, tidak menunjukkan
dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu continuum.
Ausubel
menyatakan, bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan
belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi
bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Maka, belajar penerimaan pun dibuat
bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.
Sedangkan belajar penemuan rendah kebermaknaannya, dan merupakan belajar
hafalan, yakni memecahkan suatu masalah hanya dengan coba-coba seperti menebak
suatu teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali hanyalah terjadi pada
penelitian yang bersifat ilmiah.
B.
Prinsip
dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel
1.
Belajar
Bermakna
Inti
dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996). Bagi
Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun
kita tidak mengetahui mekanisme biologi tentang memori atau disimpannya
pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi disimpan di daerah-daerah tertentu
dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan itu.
Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel
otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan
informasi yang sedang dipelajari.
Dasar-dasar
biologi belajar bermakna menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah atau
cirri-ciri neron yang berpartisipasi dalam belajar bermakna. Peristiwa
psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada
pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam
belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer relevan
yang telah ada dalam struktur kognitif. Belajar bermakna yang baru berakibatkan
perubahan dan modifikasi subsume-subsumer yang telah ada itu. Tergantung pada
sejarah pengalaman seseorang, maka subsumer itu dapat relatif besar dan
berkembang.
2.
Belajar
Hafalan
Bila
dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila
tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar
hafalan. Pada kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali
menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan
dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan
akibatnya pada para siswa hanya terjadi hafalan. Lagi pula sistem evaluasi di
sekolah menghendaki hafalan, jadi timbul pikiran pada para siswa untuk apa
bersusah payah belajar secara bermakna.
Kerap
kali siswa-siswa diminta untuk mengemukakan prinsip-prinsip yang sebenarnya
tidak mereka mengerti apa yang mereka katakana. Suatu contoh pada, bahwa memang
belajar hafalan yang terjadi pada anak-anak diberikan dalam buku Wiliam James
yang berjudul Talks to Teachers.
C.
Langkah-langkah
Pembelajaran
Sebelum dimulainya suatu proses belajar, maka
penting untuk memperhatikan apa-apa saja yang telah diketahui siswa, sebab ini
merupakan faktor dalam mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk itu perlu
dibuat langkah-langkah pembelajaran agar tidak terjadi kerancuan dalam kegiatan
belajar. Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel:
1.
Menentukan tujuan pembelajaran.
2.
Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya)
3.
Memilih materi pelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4.
Menentukan topik-topik dan menampilkanya
dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa.
5.
Mempelajari konsep-konsep inti tersebut,
dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6.
Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa.
D.
Kegiatan
Pembelajaran
Hakikat
belajar merupakan suatu aktivitas yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi, perceptual, dan proses internal. Kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Berikut merupakan bentuk kegiatan kegiatan pembelajaran:
1.
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang
muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melaui
tahap-tahap tertentu.
2.
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah
dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
kongkrit.
3.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses
asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.
Untuk menarik minat dan meningkatkan
retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki si pelajar.
5.
Pemahaman dan retensi akan meningkat
jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dan
sederhana ke kompleks.
6.
Belajar memahami akan lebih bermakna
dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah
menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.
7.
Adanya perbedaan individual pada diri siswa
perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.
E.
Faktor
- faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963), ialah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif
menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru
masuk ke dalam struktur kognitif itu; demiklian pula sifat proses interaksi
yang terjadi. Jika struktur kognitif itu
stabil, jelas, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau
tidak meragukan akan timbul, dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya, jika
struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur
kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Prasyarat-prasyarat
dari belajar bermakna adalah sebagai berikut:
1. Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
2. Anak
yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna
Tujuan siswa merupakan faktor utama
dalam belajar bermakna. Banyak siswa mengikuti pelejarn – pelajaran yang
kelihatannya tidak relevan dengan kebutuhan mereka pada saat itu. Dalam
pelajaran – pelajaran demikian materi pelajaran dipelajari secara hafalan.para
siswa kelihatannya dapat memberikan jawaban yang benar tanpa menghubungkan materi
itu pada aspek – aspek lain dalam struktur kognitif mereka.
Kebermaknaan
materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor :
1. Materi
itu harus memiliki kebermaknaan logis
2. Gagasan
yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan
materi yang nonarbitrer ( materi yang konsisten dengan apa yang telah
diketahui) dan substantif ( materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara
tanpa mengubah arti ). Contoh dari nonarbitrer anak yang sudah mempelajari
konsep – konsep segi empat dan bujur sangkar dapat memasukkan kedua konsep ini
secara nonarbitrer ke dalam klasifikasi yang lebih luas, yaitu kuadrilateral (
persegi empat) , sebab sifat – sifat dari bentuk – bentuk bersegi empat akan
cocok dengan konsep – konsep segi empat dan bujur sangkar yang sudah
dipelajari. Selanjutnya contoh yang substantif suatu segi tiga ekilateral
adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi yang sama dapat diubah menjadi “ bila
sebuah segitiga mempunyai semua sisi sama maka segitiga itu adalah segi tiga
ekilateral”. Dengan mengubah urutan kata – kata, kita tidak mengubah artinya;
pernyataan itu ekivalen.
Aspek kedua tentang kebermaknaan potensial adalah
bahwa dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasan yang relevan. Dalam hal
ini kita harus memperhatikan pengalaman anak – anak, tingkat perkembangan
mereka, intelegensi mereka, dan usia.isi pelajaran harus dipelajari secara
hafalan, bila anak – anak itu tidak mempunyai pengalaman yang diperlukan mereka
untuk mengatkan atau menghubungkan isi pelajaran itu.
Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna
materi pelajaran harus bermakna secara logis, siswa harus bertujuan untuk
memasukkan materi itu kedalam struktur kognitifnya, dan dalam struktur kognitif
anak harus terdapat unsure – unsure yang cocok untuk mengaitkan atau
menghubungkan materi baru secara nonarbitrer dan substantif. Jika salah satu
komponen ini tidak ada maka materi itu walaupun dipelajari akan dipelajari
secara hafalan.
F.
Kelebihan
dari belajar menurut teori Ausubel
Proses belajar terjadi jika seseorang
mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimiliknya dengan pengetahuan
baru. Proses belajar aka terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami
makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel dan juga Novak (1997), ada tiga
kebaikan dari belajar bermakna,yaitu:
1. Informasi
yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2. Informasi
yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer,
jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
3. Informasi
yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada
subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah
terjadi “lupa”.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Sebutkan apa saja indikator yang menjadi
fokus menurut teori Ausubel?
Berikut
ini merupakan indikator-indikator yang menjadi fokus, diantaranya:
a. Konsep
yang telah dimiliki siswa
Sebelum dilakukan pembelajaran bermakna
terlebih dahulu siswa harus telah menguasai atau memiliki konsep. Sehingga guru
berperan dalam memberikan pengaturan awal yaitu berupa pengarahan akan materi
yang akan dibahas dan membantu siswa untuk meningat kembali informasi yang
berkaitan yang dapat digunakan dalam membantu proses penerimaan informasi baru.
Suatu pengaturan awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan
sebelum materi baru, sehingga dapat meningkatakan pemahaman siswa tentang
berbagai macam materi yang akan disampaikan.
b. Informasi
baru untuk siswa
Agar belajar tersebut jadi lebih
bermakana maka terdapat beberapa persyaratan dalam penyampaian informasi:
1) Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
Maksudnya, materi yang disampaikan harus
sesuai dengan konsep yang telah dipahami oleh siswa sebelumnya. Sebab jika
tidak, maka akan belajar bermakna tidak akan terwujud. Untuk itu kebermaknaan
materi pembelajaran secara potensial tergantung pada pada materi, yaitu materi
harus memiliki kebermaknaan logis dan juga gagasan-gagasan yang harus relevan
harus terdapat dalam struktur kognitif siswa
2) Siswa
harus memiliki tujuan dan niat yang kuat
Saat penyampaian materi siswa tersebut
harus memiliki kesiapan dalam menerima informasi. Siswa yang telah siap maka
aka lebih mudah mencerna semua informasi yang akan disampaikan. Dan jika sampai
terjadi kesulitan maka siswa tersebut akan mampu berusaha dalam mencari
penyelesaiannya.
c. Kemampuan
siswa dalam mengaitkan konsep
Inti dari belajar bermakna adalah suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif siswa. Sebab belajar itu bukan hanya dinilai dari hasil yang
dicapai tetapi juga prosesnya. Belajar yang baik ialah belajar yang melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Untuk itu tingkah laku seseorang ditentukan oleh presepsi serta
pemahamannya serta pemahamannya situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya.
2.
Bagaimana penerapan teori ausubel dalam
mengajar?
Berikut
ini langkah – langkah menerapkan teori Ausubel dalam mengajar :
Ausubel
mengatakan “ faktor yang paling penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa
yang telah diketahui oleh siswa. Yakinilah ini dan ajarlah dia demikian”.
Pernyataan
Ausubel tersebutlah yang menjadi inti teori belajarnya. Jadi, agar terjadi
belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Untuk
menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip-prinsip dan
konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu :
a.
Pengatur awal
Pengatur
awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong
mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan
untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap
sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.
b.
Diferensiasi
Progresif
Selama
belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep.
Pengembangan konsep berlangsung paling baik,bila unsur-unsur yang paling umum
diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail
dari konsep tersebut.
c.
Belajar
Superordinat
Belajar
superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu onsep yang lebih luas, lebih inklusif.
d.
Penyesuaian
integratif
Dalam
mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan,
melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan
pada konsep-konsep superordinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit
bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti
sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih
tinggi sekarang mengambil arti baru.
3.
Bagaimana skenario pembelajaran menurut
teori Ausubel?
Berikut
ini merupakan deskripsi pembelajaran menurut teori Ausubel:
Di sebuah kelas X-2 saat pelajaran Kimia, Bu Bunga
bertindak sebagai guru. Hari ini Bu Bunga akan menyampaikan materi tentang
konfigurasi electron. Sebelum memulai pelajaran Bu Bunga mempersilahkan ketua
kelas untuk memempin do’a sebelum pelajaran dimulai.
Setelah semua siswa siap, maka Bu Bunga memulai
pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Tujuan belajar hari
ini adalah siswa mampu membuat konfigurasi elektron dari suatu unsur.
Sebelum masuk ke materi Bu Bunga menanyakan apa saja
hal yang telah siswa ketahui sebelumnya tentang atom. Setelah itu Bu Bunga
menanyakan sisiwa apa yang ia ketahui tentang Elektron. Setelah mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa, ternyata Bu Bunga dapat menyimpulkan strategi apa
yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Dikarenakan siswa belum pernah
sama sekali dijelaskan tentang konfigurasi electron, maka Bu Bunga menjelaskan
cara konfigurasi electron dengan metode kulit secara perlahan. Sebab materi ini
merupakan materi dasar sebelum masuk ke materi Sistem Periodik Unsur. Bu Bunga
memberi contoh dengan menggunakan unsure yang sederhana dulu, seperti Unsur H,
He, Na, Mg, dan keunikan unsure Ca. Setelah itu Bu Bunga memberikan contoh
dengan unsure yang lebih kompleks.
Setelah penyampaian materi dirasa cukup, maka Bu
Bunga meminta siswanya untuk maju ke depan mengerjakan soal konfigurasi
electron. Siswa juga diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang tidak ia
pahami. Bu Bunga memberi reward pada siswa yang berani maju untuk mengerjakan
soal. Dan Bu Bunga juga membantu siswa yang belum mengerti tentang konsep ini.
Setelah itu, Bu Bunga sedikit membahas tentang elektron
valensi dan keterkaitannya dalam menentukan periode dan golongan dari suatu
unsur yang merupakan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Tak
Lupa Bu Bunga memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal
tentang konfigurasi electron agar siswa dapat lebih mendalami materi tersebut.
Sebelum menutup pertemuan hari ini Bu Bunga dan siswanya secara bersama mengambil kesimpulan dari
hasil belajar hari ini. Dan sekali lagi memastikan siswanya apakah ada yang
masih belum mengerti tentang materi konfigurasi elektron. Belajar hari ini
ditutup dengan membaca do’a yang dipimpin oleh ketua kelas.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang ada dapat kami simpulkan bahwa :
1. Berikut
ini merupakan indikator-indikator yang menjadi fokus dalam teori Ausubel,
diantaranya adalah :
a. Konsep
yang telah dimiliki siswa
b. Informasi
baru untuk siswa
1) Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
2) Siswa
harus memiliki tujuan dan niat yang kuat
c. Kemampuan
siawa dalam mengaitkan konsep
2. Berikut
ini merupakan langkah-langkah dari deskripsi pembelajaran menurut teori Ausubel
:
a. Menentukan
tujuan pembelajaran.
b. Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya belajar, dan
sebagainya)
c. Memilih
materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk
konsep-konsep inti.
d. Menentukan
topik-topik dan menampilkanya dalam bentuk advance organizer yang akan
dipelajari siswa.
e. Mempelajari
konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
f. Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
dapusnya?
BalasHapus