Senin, 21 September 2020

Home

 

Source : Webtoon


Ada satu webtoon yang sangat ku suka. Judulnya Noblesse. Pecinta webtoon fantasi pasti pernah baca. Di chapter 537, Rai mengatakan kepada Muzaka “Home. I wish I were home”. Entah kenapa aku sangat suka kalimat ini dan tiap lelah dengan anehnya kalimat ini terngiang di kepalaku.

Rumah.

Bagi yang membaca chapter ini, pasti tau banget gimana perasaan Rai waktu ngucapin kalimat ini dan selelah apa dia waktu itu. Waktu baca kalimat ini, entah kenapa mataku tiba-tiba berkaca-kaca dengan alaynya. Maklum ya, aku ini tipe pembaca yang selalu larut sama apa yang dibaca dan seringnya emosiku dipengaruhi sama bacaanku.

Sabtu, 19 September 2020

Nadiah, Alarm Akhirat Terbaikku

 

“Huaaaaa, chat ku tehapus semua” teriakku suatu hari saat memindahkan akun Whattsap ku ke ponsel baru dan lupa mencadangkan pesan sebelumnya. Teman-temanku yang kala itu melihatku menertawakanku kemudian bertanya “emang ada yang pentingkah?” dan yang lain menimpali, “sedihkan chatmu sama si A hilang?”

Iya, aku sedih karena chatku hilang. Chat dari seseorang yang penting. Chat yang sudah ku simpan selama 3 tahun lebih dan kadang ku baca saat rindu. Chat dari sahabatku yang sudah menjadi seorang ibu saat sahabat-sahabatnya masih bingung memilih jalan sendiri. Chat dari sahabatku yang tak pernah lelah menjadi alarm akhiratku.

Dia sahabat yang ku kenal di masa kuliah, yang memberiku nama panggilan Juju yang terus ku pakai sampai sekarang (awal kenal aku dipanggil Juma dan dia sangat tidak suka karena menurutnya itu nda cocok untukku), yang selalu marah karena kami terlalu sering memakai baju atau jilbab dengan warna yang sama tanpa janjian, yang dulu mendaulat dirinya sebagai pembalap Loa Janan, yang sejak awal paling tahu arah hidup yang diinginkannya dibandingkan sahabatnya yang lain.

Jumat, 18 September 2020

Dwi Rahayu, Sahabat Anehku


Hello hello nareum daero yonggil naesseoyo

Hello hello jamsyegi halraeyo

Aku teringat mama tiap kali mendengar lagu ini. Aneh ya ma.

Mungkin mama lupa, tapi mama orang pertama yang memamerkan lagu tersebut ke aku sekaligus yang mengenalkan aku dengan perkpopan.

Ah, aku jadi makin rindu mama karena lagu ini.

Ma, kok dulu kita bisa akrab ya. Aku masih bingung dari mana kisah hubungan aneh ibu-anak kita ini dimulai. Entah dari rantai jarkom yang menempatkan kita dalam 1 rantai, dari mama teriak dari belakang sambil menunjuk diri dan berteriak dengan heboh “ini aku Dwi Rahayu. Aku Dwi” dan aku cuma bisa senyum canggung kemudian membuang muka dan berharap nda berurusan sama mama lagi, dari kelompok mentoring yang kita tiba-tiba dijadikan 1 kelompok, atau karena Leonardo yang seolah menjadikan kita satu kesatuan dari kalimatnya. Aku masih tak punya gambaran sama sekali kenapa kita bisa menjadi akrab dan bisa jadi ibu-anak aneh.