Jumat, 18 September 2020

Dwi Rahayu, Sahabat Anehku


Hello hello nareum daero yonggil naesseoyo

Hello hello jamsyegi halraeyo

Aku teringat mama tiap kali mendengar lagu ini. Aneh ya ma.

Mungkin mama lupa, tapi mama orang pertama yang memamerkan lagu tersebut ke aku sekaligus yang mengenalkan aku dengan perkpopan.

Ah, aku jadi makin rindu mama karena lagu ini.

Ma, kok dulu kita bisa akrab ya. Aku masih bingung dari mana kisah hubungan aneh ibu-anak kita ini dimulai. Entah dari rantai jarkom yang menempatkan kita dalam 1 rantai, dari mama teriak dari belakang sambil menunjuk diri dan berteriak dengan heboh “ini aku Dwi Rahayu. Aku Dwi” dan aku cuma bisa senyum canggung kemudian membuang muka dan berharap nda berurusan sama mama lagi, dari kelompok mentoring yang kita tiba-tiba dijadikan 1 kelompok, atau karena Leonardo yang seolah menjadikan kita satu kesatuan dari kalimatnya. Aku masih tak punya gambaran sama sekali kenapa kita bisa menjadi akrab dan bisa jadi ibu-anak aneh.

Ma, aku selalu bilang kan, kesan pertamaku ke mama di hari pertama kita ketemu. Mama orang teraneh yang pernah ku temui. Dan sampai sekarang aku masih berpegang teguh sama kesan tersebut, mama masih jadi orang teraneh yang pernah ku temui. Kata aneh seolah sangat cocok disandingkan dengan mama.

Tapi mama juga salah satu orang yang tulus terhadapku meski berkali-kali aku datang dengan sejumlah hal merepotkan buat mama. Aku yang punya banyak ketakutan dan keraguan serta masalah yang tak pernah ada habisnya.

Mama juga yang paling banyak mengajariku banyak hal, baik yang normal maupun yang abnormal. Mama dengan teori-teori aneh mama. Dan mama termasuk salah satu yang membentuk Jumarni yang sekarang.

Jumarni yang setidaknya punya kepercayaan diri, Jumarni yang lebih terbuka, Jumarni yang nda lagi penakut, Jumarni yang ngerti apa yang di mau, dan Jumarni yang masih suka Onew sampai sekarang.

Eh Onew muncul lagi dong ya ma. Wkwkwkwk

Tapi kita ini termasuk nda selalu akur ya ma pas kuliah.

Kita pernah berjauhan, seolah-olah nda saling kenal. Saat mama duduk dibelakang, aku ditengah, saat mama ke kiri, aku ke kanan. Tapi Allah baik sama aku ma. Allah mengembalikan mama ke aku. Dan saat kembali, mama tetaplah mama. Mama yang selalu ada buatku, yang selalu merespon setiap pesan singkatku dengan tindakan mama.

Entah ada berapa ribu pesan singkat yang ku kirim ke mama semasa kuliah ya ma.

Aku ingat banget, aku pernah mengirim pesan “Ma, aku takut” ke mama dan tadaaaaa, mama datang dengan baju kaos serta celana olahraga navy kesukaan mama kemudian tanpa diundang masuk langsung mengambil posisi di kasur kecil yang harusnya hanya muat untuk 1 orang. Dan aku yang kala itu takut di kost sendirian dan nda bisa tidur, anehnya langsung tidur dengan nyenyaknya.

Pun sama di hari-hari lain. Aku hanya perlu mengirimkan pesan singkat lalu menunggu mama datang dengan penyelesaian segala keluhanku.

Ma, aku sakit.

Ini pesan yang paling sering ku kirim kala itu. Dan mama datang dengan obat serta berbagai macam makanan dan snack. Mama nda pernah membelikanku susu tiap sakit. Selalu teh hangat atau pulpy orange, seolah tahu anak abal-abal mama ini memang bukan peminum susu. Biasanya, setelah mama merawatku, keesokan harinya pasti mama tertular sakitku.

Ma, aku lapar. Dan mama datang dengan rantangan berisi makanan ataupun nasi bungkus.

Ma, aku bosan. Dan mama datang kemudian membawaku jalan.

Dan sampai sekarang saat aku ada masalah ataupun sedang sedih, aku mengirim pesan singkat ke mama seolah menjadi kebiasaan. Cukup dengan kata “ma” dan biasanya air mata yang ku tahan akan mengalir tanpa bisa ku tahan. Entah sejak kapan, setiap punya masalah aku selalu mencari mama seolah menjadi kebiasaan.

Mama termasuk salah satu orang yang tau sifat pengamatku. Sehingga tiap pergi ke tempat ramai, mama seolah nda pernah absen dengan pesan mama, “jaga mata”.

Ah iya, dulu mama juga sering jadi alarmku buat pake jaket tiap jalan malam karena tau sehebat apa aku tiap kena angin malam. Iya, hebat karena tiap kena angin malam besoknya langsung demam. Wkwkwkwk, aku kuat banget ya ma. Untung setelah cukup lama jadi anak rantau, aku jadi cukup kebal sama angin malam ya ma jadi kerepotan mama karena beteman sama aku bekurang.

Andai jarak dan kesibukan tak semenyebalkan sekarang ya ma. Pasti aku sukses jadi sumber kesialan mama karna terus mengganggu dan merepotkan.

Andai kita tak secepat ini menjadi dewasa ya ma.

Mama, terima kasih karena sudah menjadi mamaku, baik dulu maupun sekarang. Bahagia selalu ya, mama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar