Sabtu, 03 Juli 2021

SAFAR, SI PENAMPAR ELIT PENERUS NADIAH

 

Pernah punya teman yang suka nampar nda? Aku pernah. Dan alhamdulillah Allah selalu mempertemukan aku dengan teman  yang tipenya suka tiba-tiba nampar kayak gini.

Nampar disini bukan dalam artian nampar pake tangan ya tapi pake kalimat yang masuk akal. Kalo ketemu teman yang namparnya pake tangan, dijamin aku udah kabur duluan dari zona pertemanannya sebelum tangannya nyentuh pipiku.

Dulu, pas masih kuliah aku punya Nadiah yang suka tiba-tiba ngucapin kalimat yang meski cara ngucapinnya santai tapi cukup nampar, terutama saat aku suka menunda sholat. Allah sebaik dan sesayang itu mempertemukan aku yang suka lalai sama Nadiah yang nda pernah berenti belajar dan nularin ilmunya ke aku.

Setelah lulus, aku masih sering ditampar sama Nad meski cuma lewat chat dan dia nda sadar sama sekali.

Bertahun-tahun setelah lulus kuliah, Allah pertemukan aku lagi dengan teman baru yang tiap ketemu tak pernah akur sama sekali denganku dan aku menemukan sosok Nadiah yang suka nampar di dia. Aku belajar banyak hal dari dia, dan Alhamdulillah cukup banyak hal positif yang ku dapat darinya. Seandainya nda berteman sama dia, mungkin aku menjadi salah satu “kaum hilang” di tempat kerja yang suka pulang cepat dan nda berbaur sama senior.

Aku ingat, saat pertama kerja aku suka kabur pas saat jam pulang, padahal senior lain masih pada kerja. Dia yang saat itu sadar sama kelakuanku dan belum begitu akrab tiba-tiba nawarin tumpangan untuk pulang dan di jalan dengan pelan dia nasehatin untuk jangan suka kabur cepat-cepat kayak punya anak yang mau di kasi ASI. Katanya malu sama senior, mereka aja bertahan, masa kita yang muda malah pulang buru-buru. Dan plak, aku sadar dong kalo aku selama ini ngikutin ajaran yang salah, pulang cepat-cepat tanpa sadar keadaan.

 Percaya deh, semenjak itu aku rasa malu sendiri kalo pulang lebih cepat dari yang lain.

Trus akhir-akhir ini kami berdua dapat ujian. Aku nyebut ini ujian setelah ditampar sama dia lagi sih. *nyengir*

Alhamdulillah belakangan ini kami lagi di sayang-sayangnya sama beberapa senior *dia kesayangan lama sih, kalo aku kesayangan yang tiba-tiba nyelip*. Dan hari ini karena beberapa hal - yang cukup aku sama dia yang tau - dia berpesan jangan sampai kita fokus sama kesalahan orang sampai akhirnya nda sadar sama kesalahan sendiri. Kita sekarang baik, tapi kita nda tau kedepannya gimana.

Plak. Langsung istighfar dalam hati sambil berdoa semoga kami berdua dihindarkan dari penyakit hati. Jangan sampai kami menjadi sombong dan merasa lebih hebat. Dan jangan sampai kami lupa saat membuat kesalahan, bahkan sampai membenarkan kesalahan yang kami buat. Naudzubillah.

Karena hal inilah, aku menganggap kalau kami ini sedang dapat ujian. Karena kalimatnya itu, aku sadar kalo Allah lagi nguji kami, sekuat apa kami bertahan untuk tak terlena dengan kasih sayang senior yang bisa saja menjadikan kami angkuh dan sombong hingga meremehkan yang lain. Kalau ujian sebelumnya menyakitkan, ujian ini justru terasa nikmat namun bisa membuat kami terlena. Naudzubillah

Akhir kata (ini aku bingung bikin kalimat penutupnya, dari tadi kalimatnya nda nyambung), terima kasih untuk dua penampar terbaikku. Jangan bosan buat “nampar” manusia bebal macam aku, yang ngeselin dan suka gosip serta nyinyir. Jangan bosan sama segala tingkah anehku, karena ke depannya akan lebih banyak keanehan yang akan kalian dapatkan dari teman aneh kalian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar