Pernah punya teman yang suka nampar nda? Aku pernah. Dan
alhamdulillah Allah selalu mempertemukan aku dengan teman yang tipenya suka tiba-tiba nampar kayak gini.
Nampar disini bukan dalam artian nampar pake tangan ya tapi
pake kalimat yang masuk akal. Kalo ketemu teman yang namparnya pake tangan,
dijamin aku udah kabur duluan dari zona pertemanannya sebelum tangannya nyentuh
pipiku.
Dulu, pas masih kuliah aku punya Nadiah yang suka tiba-tiba
ngucapin kalimat yang meski cara ngucapinnya santai tapi cukup nampar, terutama
saat aku suka menunda sholat. Allah sebaik dan sesayang itu mempertemukan aku
yang suka lalai sama Nadiah yang nda pernah berenti belajar dan nularin ilmunya
ke aku.
Setelah lulus, aku masih sering ditampar sama Nad meski cuma lewat chat dan dia nda sadar sama sekali.
Bertahun-tahun setelah lulus kuliah, Allah pertemukan aku lagi
dengan teman baru yang tiap ketemu tak pernah akur sama sekali denganku dan aku
menemukan sosok Nadiah yang suka nampar di dia. Aku belajar banyak hal dari
dia, dan Alhamdulillah cukup banyak hal positif yang ku dapat darinya.
Seandainya nda berteman sama dia, mungkin aku menjadi salah satu “kaum hilang”
di tempat kerja yang suka pulang cepat dan nda berbaur sama senior.
Aku ingat, saat pertama kerja aku suka kabur pas saat jam pulang,
padahal senior lain masih pada kerja. Dia yang saat itu sadar sama kelakuanku
dan belum begitu akrab tiba-tiba nawarin tumpangan untuk pulang dan di jalan
dengan pelan dia nasehatin untuk jangan suka kabur cepat-cepat kayak punya anak
yang mau di kasi ASI. Katanya malu sama senior, mereka aja bertahan, masa kita
yang muda malah pulang buru-buru. Dan plak, aku sadar dong kalo aku selama ini
ngikutin ajaran yang salah, pulang cepat-cepat tanpa sadar keadaan.
Percaya deh, semenjak
itu aku rasa malu sendiri kalo pulang lebih cepat dari yang lain.
Trus akhir-akhir ini kami berdua dapat ujian. Aku nyebut ini
ujian setelah ditampar sama dia lagi sih. *nyengir*
Alhamdulillah belakangan ini kami lagi di sayang-sayangnya
sama beberapa senior *dia kesayangan lama sih, kalo aku kesayangan yang
tiba-tiba nyelip*. Dan hari ini karena beberapa hal - yang cukup aku sama dia
yang tau - dia berpesan jangan sampai kita fokus sama kesalahan orang sampai
akhirnya nda sadar sama kesalahan sendiri. Kita sekarang baik, tapi kita nda
tau kedepannya gimana.
Plak. Langsung istighfar dalam hati sambil berdoa semoga kami
berdua dihindarkan dari penyakit hati. Jangan sampai kami menjadi sombong dan
merasa lebih hebat. Dan jangan sampai kami lupa saat membuat kesalahan, bahkan
sampai membenarkan kesalahan yang kami buat. Naudzubillah.
Karena hal inilah, aku menganggap kalau kami ini sedang dapat
ujian. Karena kalimatnya itu, aku sadar kalo Allah lagi nguji kami, sekuat apa
kami bertahan untuk tak terlena dengan kasih sayang senior yang bisa saja
menjadikan kami angkuh dan sombong hingga meremehkan yang lain. Kalau ujian
sebelumnya menyakitkan, ujian ini justru terasa nikmat namun bisa membuat kami
terlena. Naudzubillah
Akhir kata (ini aku bingung bikin kalimat penutupnya, dari
tadi kalimatnya nda nyambung), terima kasih untuk dua penampar terbaikku.
Jangan bosan buat “nampar” manusia bebal macam aku, yang ngeselin dan suka
gosip serta nyinyir. Jangan bosan sama segala tingkah anehku, karena ke
depannya akan lebih banyak keanehan yang akan kalian dapatkan dari teman aneh
kalian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar