Rabu, 20 Februari 2013

Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling


Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

A.    Sejarah Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling merupakan ilmu yang relatif masih baru dibanding ilmu yang lainnya, perkembangan bimbingan dan konseling dimulai sekitar abad XX, diawali dengan munculnya gerakan-gerakan di Amerika serikat yang dipelopori oleh tokoh-tokoh tokoh-tokoh Frank Parsons, Jesse B. Davis, Eli weber, Jhon Brewer, Josh meriil. Diawali tahun 1895 di California oleh Josh Meril. Dan tahun 1908 oleh Frank Parsons dengan mendirikan biro  di Boston, biri tersebut dimaksudkan untuk membantu mencapai efisiensi kerja , dimana Frank membantu para pengangguran dalam mencari pekrjaan yang terdapat dengan cara mencocokkan karakteristik dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan. Jesse B. Davis sebagai konselor sekolah di Central High school di Deteroit, Davis memberikan mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1910-1916, kegiatan tersebut juga dilakukan oleh Eli Wever di New York dan Jhon Brewer di Universitas Harvard, mereka termasuk tokoh-tokoh Bimbingan Dan Konseling.
Setelah Perang dunia II kegiatan bimbingan dan konseling lebih dimanfaatkan untuk membantu tentara veteran perang dalam upaya mencari pekerjaan agar dapat kembali pada masyarakat. Bimbingan dan Konseling semakin luas tidak hanya dalam lapangan pekerjaan melainkan juga dalam pendidikan dan kepribadian. Dalam perkembangannya diberikan di lapangan industri, pendidikan, ketentaraan, dan lain-lain.
Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling lebih singkat dari perkembangan di Amerika serikat. Perkembangan di Indonesia dimulai dari bidang pendidikan. Bimbingan dan Konseling dikenal oleh beberapa tokoh, yang berkunjung ke Amerika Serikat. Dalam konfrensi FKIP se Indonesia pada tahun 1960 di Malang diputuskan bahwa Bimbngan dan Konseling yang saat itu masih dikenal bimbinga dan penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Sebelum nama konseling dikenal di Indonesia sudah melakukan gerakan sepeti Frank Parsons di Amerika Serikat, hal ini dapat dilihat dengan didirikan kantor Penempatan Kerja setelah proklamasi kemerdekaan dan Kemudian dikenal sebagai Balai Latihan Kerja sebagai tempat melatih para pencri pekerjaan. Pertama kali Bimbingan dan Konseling tertuang dalam kurikulum 1975 untuk SMP dan SMA. Salah satu peristiwa yang menunjukan sejarah bimbingan dan Konseling yaitu diselenggarakannya Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang pada tahun1975 yang mendirikan organisasi profesi bimbingan dan konseling yang saat itu diberi nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang saat ini telah berganti dengan nama menjadi ABKIN ( Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia). Sebelum tahuh 60an sebenarnya di Indonesia sudah mengenal Bimbingan dan Penyuluhan yang ditandai dengan adanya Perguruan Taman Siswa, yang siswanya diberikan kebebasan mengatur dirinya sendiri tahun 1923. Pada 1926 didirikan sekolah kerja oleh Muh, Safi’i yang siswanya diarahkan agar dapat bekerja. Pada tahun 1962 SMA gaya baru ada intruksi P & K untuk pelayanan bimbingan dan Konseling.  Di IKIP Malang dan Bandung pada tahun 1964.

B.     Kedudukan Bimbingan dan Konseling
1.      Makna Pendidikan Bagi Kehidupan
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secaara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

2.      Harapan Terhadap Pendidikan
Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Apa yang diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda.

3.      Fungsi Pendidikan
Pendidikan mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:
a.       Fungsi pengembangan
Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu, baik yang terkait dengan aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. Melalui pendidikan, individu memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

b.      Fungsi penyesuaian
Keragaman kemampuan, minat, dan tujuan peserta didik tercermin dalam perilaku atau kematangan individu. Pendidikan harus dapat memfasilitasi perkembangan karakteristik individu yang beragam tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi keragaman tersebut, diantaranya
·         menerapkan metode pembelajaran yang variatif
·         menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat oeserta didik
·         menyelenggarakan kelompok-kelompok belajar sesuai dengan keunikan kemampuan masing-masing peserta didik
·         menyelenggarakan program pengayaan dan remedial teaching
·         menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasi semua upaya tersebut.

c.       Fungsi Integratif
Fungsi pokok pendidikan lainnya adalah mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kehidupan para peserta didik,seperti menyangkut tata krama, solidaritas, toleransi, kooperasi, kolaborasi dan empati, sehingga mereka dapat belajar hidup bermasyarakat secara harmonis.

4.      Posisi Bimbingan dalam Pendidikan
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa ( bimbingan dan konseling).


C.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti:  (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to point),(3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) mengemukakan bahwa: “guidance may be defined as that part of life educational program that helps provide the personal opportunition and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratie idea.”
Sherter dan Stone (1971) mengartikan bimbingan sebagai “.... process of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”
Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mangartikannya sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sementara Rochman Natawijaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secaraberkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Diatas telah dikemukakan makna bimbingan. Istilah bimbingan sering dirangkai dengan konseling. Berikut akan dijelaskan tentang pengertian konseling. Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986: 25) mengartikan konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”
Shertzer dan Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat dalam literatur tentang konseling. Dari hasil bahasannya itu, mereka sampai pada kesimpulan bahwa “Counseling is an interaction process which facilitates meaningfull understanding of self and environment and result in the establishment and / or clarification of goals and values of future behavior.”
Adanya perbedaan definisi konseling tersebut, di samping ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan oleh perbedaan pandangan ahli yang merumuskan konseling dan teori yang dianutnya. Dalam bidang konseling terdapat berbagai aliran dan teori, yang dapat di kelompokkan dalam beberapa kategori. Ada ahli yang mengklasifikasikan konseling berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu suportif, reedukatif, dan rekonstruktif (Moh. Djawad Dahlan: 1996). Konseling juga dibedakan berdasarkan metodenya, yaitu metode direktif dan nondirektif.
Osipow, Walsh dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasarkan penekanan masalah yang dipecahkannya, yaitu penyesuaian pribadi, pendidikan, dan karir. Shertzer dan Stone (1980) mengelompokkan konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu yang berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu yang berorientasi pada ranah kognitif dan ranah afektif. Patterson (1966) secara lebih rinci mengelompokkan pendekatan konseling menjadi lima kelompok yaitu: pendekatan rasional, teori belajar, psikoanalitik, perseptual-fenomenologis, dan eksistensial.
D.    Ragam Bimbingan Menurut Masalah
a.      Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik.

b.      Bimbingan Sosial-Pribadi
Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.

c.       Bimbingan Karir
Bimbingan karir yaitu binbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.

d.      Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, seta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.

E.     Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkebangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

F.     Fungsi Bimbingan
1.      Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar dapat memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.      Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.

3.      Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel sekolah lainnya bekerjasaa merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain stormin), home room, dan karyawisata.

4.      Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bentuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remedial teaching.

5.      Penyaluran, yaitu bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciriciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6.      Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).

7.      Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) aar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap proram pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

G.    Prinsip-Prinsip Bimbingan
1.      Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

2.      Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bentuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya manggunakan teknik kelompok.

3.      Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4.      Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.

5.      Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk mebantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.

6.      Bimbingan berlangsung dalam berbagai seting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umunya.


H.    Jenis Layanan Bimbingan
Beberapa jenis layanan bantuan bimbingan itu di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Pelayanan Pengumpulan Data tentang Siswa dan Lingkungannya
Pelayanan ini merupakan usaha untuk mengetahui diri individu atau siswa seluas-luasnya, beserta latar belakang lingkungannya. Hal ini meliputi aspek-aspek fisik, akademis, kecerdasan, minat, citacita, sosial, ekonomi, kepribadian, dan latar belakang keluarganya (identitas orang tua, sosial ekonomi, dan pendidikan). Untuk mengumpulkan data siswa dapat digunakan teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi: psiko tes dan tes prestasi belajar, seentara yang non tes meliputi: observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan autobiografi.

2.      Konseling
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh
a.       Pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya.
b.      Menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

3.      Penyajian Informasi dan Penempatan
Penyajian informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi ) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan inividu, seperti menyangkut aspek
a.       Karakteristik dan tugas-tugas perkembangan pribadinya
b.      Sekolah-sekolah lanjutan
c.       Dunia kerja
d.      Kiat-kiat belajar yang efektif
e.       Bahaya merokok, minuman keras, dan obat-obatan terlarang
f.       Pentingnya menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat.
Layanan penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya. Penempatan ini meliputi penempatan pendidikan, penenpatan memilih jurusan dan kelanjutan sekolah, penempatan jabatan, dan juga penempatan murid dalam rangka program pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
4.      Penilaian dan Penelitian
Layanan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu dilakukan juga penilaian terhadap hasil pelayanan kepada individu-individu yang mendapat pelayanan, untuk kemudian dilakukan tindak lanjut (follow up) terhadap hasil yang telah dicapai oleh individu yang bersangkutan
Penelitian dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingan dalam arti menelaah lebih jauh tentang pelaksanaannya; menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang belum terpenuhi serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya.

I.       Asas Bimbingan dan Konseling
Keberhasilan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut
1.      Rahasia, yaitu menuntu dirahasiakannya segenap data dan keterangan  tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak di ketahui oleh orang lain.
2.      Sukarela, yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya.
3.      Terbuka, yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang enjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
4.      Kegiatan, yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.
5.      Mandiri, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peseeta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mapu mengambil keputusam, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6.      Kini, yaitu menghendaki aar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondidinya sekarang.
7.      Dinamis, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.      Terpadu, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
9.      Harmonis, yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada.
10.  Ahli, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11.  Alih Tangan Kasus, yaitu menhendaki aar pihak-pihak yangtidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12.  Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

J.      Kekeliruan dalam Menafsirkan Arti Bimbingan
1.      Bimbingan Identik dengan Pendidikan
Pengertian ini keliru, karena bimbingan hanya merupakan salah satu bagian terpadu dari pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, sesuai dengan apa yang diinginkan.

2.      Bimbingan Hanya Untuk Siswa-Siswa yang Salah Suai
Pengertian ini juga keliru, karena bimbingan di sekolah diperuntukkan bagi semua murid secara menyeluruh dan merata. Adalah tidak benar bahwa muridmurid yang salah suai didahulukan dalam pelayanan.

3.      Bimbingan Berarti Bimbingan Jabatan/Pekerjaan
Bimbingan tidak hanya ditujukan untuk membantu murid dalam menentukan atau memilih jabatan/pekerjaan. Bimbingan harus diselenggarakan dalam segala dan keseluruhan aspek pribadi individu, termasuk aspek fisik, mental, sosial pribadi serta aspek akademiknya.

4.      Bimbingan diperuntukkan Bagi Murid Sekolah Lanjutan
Memang benar bahwa sekolah lanjutan dihuni oleh murid-murid yang berada dalam masa remaja. Akan tetapi tidak benar bahwa bimbingan hanya diperuntukkan bagi bagi murid sekolah lanjutan saja. Bimbingan diperuntukkan bagi anak-anak, remaja, dan segala masa perkembangan, karena masalah itu akan terasa dalam masa perkembangan manapun juga.

5.      Bimbingan adalah Usaha Untuk Memberikan Nasehat
Bimbingan bukan berarti memberikan nasehat pada seseorang. Dalam memberikan nasehat, kecuali peranan penasehat sangat menonjol dan dominan, bagaimana pun ada suatu unsur “pemaksaan” bagaimanapun kecilnya unsur tersebut.

6.      Bimbingan Menghendaki Kepatuhan dalam Tingkah Laku
Yang dikehendaki sebagai hasil bimbingan bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian diri. Sangatlah keliru apabila seseorang mempersamakan kepatuhan dan penyesuaian diri.

7.      Bimbingan adalah Tugas Para Ahli
Dalam penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan khusus, yang membutuhkan keahlian tertentu, sekolah memerlukan para ahli di bidangnya masing-masing. Akan tetapi tidak semua tugas bimbingan harus dilaksanakan oleh ahli. Dalam hal tertentu, kadang-kadang peranan guru lebih menonjol di bandingkan dengan para ahli, terutama dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar, dimana guru sangat dekat dengan murid.

K.    Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu
1.      Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan erupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.

2.      Layanan Responsif (Responsive Service)
Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera.
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasual (maladjustment).
Isi layanan responsif ini adalah bidang:
a.       Bidang Pribadi
·         Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
·         Perolehan sistem nilai
·         Kemandirian emosional
·         Pengembangan keterampilan intelektual
·         Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif
b.      Bidang Sosial
·         Berperilaku sosial yang bertanggung jawab
·         Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
·         Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga
c.       Bidang Belajar
·         Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
·         Kurang memahami cara belajar yang efektif
·         Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
·         Kurang memahami cara membaca buku yang efektif
·         Kurang memahami cara membagi waktu belajar
·         Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu
d.      Bidang Karir
·         Kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat
·         Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang dunia kerja
·         Masih bingung untuk memilih pekerjaan
·         Masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan keampuan dan minat
·         Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah
·         Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah tamat tidak masuk dunia kerja

3.      Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya itu.

4.      Dukungan Sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultsi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
L.     Kualitas Pribadi Konselor
Cavanagh (1982) mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut
1.      Pemahaman diri
2.      Kompeten
3.      Memiliki kesehatan psikologis yang baik
4.      Dapat dipercaya
5.      Jujur
6.      Kuat
7.      Hangat
8.      Responsif
9.      Sabar
10.  Sensitif
11.  Memiliki kesadaran yang holistik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar