Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
A.
Sejarah
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling merupakan ilmu
yang relatif masih baru dibanding ilmu yang lainnya, perkembangan bimbingan dan
konseling dimulai sekitar abad XX, diawali dengan munculnya gerakan-gerakan di
Amerika serikat yang dipelopori oleh tokoh-tokoh tokoh-tokoh Frank Parsons,
Jesse B. Davis, Eli weber, Jhon Brewer, Josh meriil. Diawali tahun 1895 di
California oleh Josh Meril. Dan tahun 1908 oleh Frank Parsons dengan mendirikan
biro di Boston, biri tersebut
dimaksudkan untuk membantu mencapai efisiensi kerja , dimana Frank membantu
para pengangguran dalam mencari pekrjaan yang terdapat dengan cara mencocokkan
karakteristik dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan. Jesse B. Davis sebagai
konselor sekolah di Central High school di Deteroit, Davis memberikan mata
kuliah Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1910-1916, kegiatan tersebut juga
dilakukan oleh Eli Wever di New York dan Jhon Brewer di Universitas Harvard,
mereka termasuk tokoh-tokoh Bimbingan Dan Konseling.
Setelah Perang dunia II kegiatan
bimbingan dan konseling lebih dimanfaatkan untuk membantu tentara veteran
perang dalam upaya mencari pekerjaan agar dapat kembali pada masyarakat.
Bimbingan dan Konseling semakin luas tidak hanya dalam lapangan pekerjaan
melainkan juga dalam pendidikan dan kepribadian. Dalam perkembangannya
diberikan di lapangan industri, pendidikan, ketentaraan, dan lain-lain.
Sejarah perkembangan Bimbingan dan
Konseling lebih singkat dari perkembangan di Amerika serikat. Perkembangan di
Indonesia dimulai dari bidang pendidikan. Bimbingan dan Konseling dikenal oleh
beberapa tokoh, yang berkunjung ke Amerika Serikat. Dalam konfrensi FKIP se
Indonesia pada tahun 1960 di Malang diputuskan bahwa Bimbngan dan Konseling
yang saat itu masih dikenal bimbinga dan penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum
FKIP. Sebelum nama konseling dikenal di Indonesia sudah melakukan gerakan
sepeti Frank Parsons di Amerika Serikat, hal ini dapat dilihat dengan didirikan
kantor Penempatan Kerja setelah proklamasi kemerdekaan dan Kemudian dikenal
sebagai Balai Latihan Kerja sebagai tempat melatih para pencri pekerjaan.
Pertama kali Bimbingan dan Konseling tertuang dalam kurikulum 1975 untuk SMP
dan SMA. Salah satu peristiwa yang menunjukan sejarah bimbingan dan Konseling
yaitu diselenggarakannya Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang pada tahun1975
yang mendirikan organisasi profesi bimbingan dan konseling yang saat itu diberi
nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang saat ini telah berganti
dengan nama menjadi ABKIN ( Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).
Sebelum tahuh 60an sebenarnya di Indonesia sudah mengenal Bimbingan dan
Penyuluhan yang ditandai dengan adanya Perguruan Taman Siswa, yang siswanya
diberikan kebebasan mengatur dirinya sendiri tahun 1923. Pada 1926 didirikan
sekolah kerja oleh Muh, Safi’i yang siswanya diarahkan agar dapat bekerja. Pada
tahun 1962 SMA gaya baru ada intruksi P & K untuk pelayanan bimbingan dan
Konseling. Di IKIP Malang dan Bandung
pada tahun 1964.
B.
Kedudukan
Bimbingan dan Konseling
1. Makna
Pendidikan Bagi Kehidupan
Pendidikan
merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi
individu. Secaara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses
yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna,
baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
2. Harapan
Terhadap Pendidikan
Para
peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita
mereka. Sementara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik
anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Apa yang
diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau
bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda.
3. Fungsi
Pendidikan
Pendidikan
mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:
a. Fungsi
pengembangan
Pendidikan bertanggung
jawab untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu, baik yang terkait
dengan aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. Melalui
pendidikan, individu memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya secara
optimal.
b. Fungsi
penyesuaian
Keragaman kemampuan,
minat, dan tujuan peserta didik tercermin dalam perilaku atau kematangan
individu. Pendidikan harus dapat memfasilitasi perkembangan karakteristik
individu yang beragam tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi keragaman tersebut, diantaranya
·
menerapkan metode pembelajaran yang
variatif
·
menyelenggarakan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat oeserta didik
·
menyelenggarakan kelompok-kelompok
belajar sesuai dengan keunikan kemampuan masing-masing peserta didik
·
menyelenggarakan program pengayaan dan
remedial teaching
·
menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai untuk memfasilitasi semua upaya tersebut.
c. Fungsi
Integratif
Fungsi pokok pendidikan
lainnya adalah mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kehidupan
para peserta didik,seperti menyangkut tata krama, solidaritas, toleransi,
kooperasi, kolaborasi dan empati, sehingga mereka dapat belajar hidup bermasyarakat
secara harmonis.
4. Posisi
Bimbingan dalam Pendidikan
Pendidikan yang bermutu
adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi,
yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikuler, dan bidang pembinaan siswa ( bimbingan dan konseling).
C.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam
bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide”
berarti: (1) mengarahkan (to direct),
(2) memandu (to point),(3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Donald
G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) mengemukakan bahwa: “guidance may be defined as that part of
life educational program that helps provide the personal opportunition and
specialized staff services by which each individual can develop to the fullest
of his abilities and capacities in terms of the democratie idea.”
Sherter
dan Stone (1971) mengartikan bimbingan sebagai “.... process of helping an individual to understand himself and his
world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri
dan lingkungannya).”
Sunaryo
Kartadinata (1998: 3) mangartikannya sebagai “proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal. Sementara Rochman Natawijaja (1987: 37)
mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secaraberkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Diatas
telah dikemukakan makna bimbingan. Istilah bimbingan sering dirangkai dengan
konseling. Berikut akan dijelaskan tentang pengertian konseling. Robinson (M.
Surya dan Rochman N., 1986: 25) mengartikan konseling adalah “semua bentuk
hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih
mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”
Shertzer
dan Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat dalam literatur
tentang konseling. Dari hasil bahasannya itu, mereka sampai pada kesimpulan
bahwa “Counseling is an interaction
process which facilitates meaningfull understanding of self and environment and
result in the establishment and / or clarification of goals and values of
future behavior.”
Adanya
perbedaan definisi konseling tersebut, di samping ditimbulkan karena
perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan oleh perbedaan
pandangan ahli yang merumuskan konseling dan teori yang dianutnya. Dalam bidang
konseling terdapat berbagai aliran dan teori, yang dapat di kelompokkan dalam
beberapa kategori. Ada ahli yang mengklasifikasikan konseling berdasarkan
fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu suportif, reedukatif, dan rekonstruktif
(Moh. Djawad Dahlan: 1996). Konseling juga dibedakan berdasarkan metodenya,
yaitu metode direktif dan nondirektif.
Osipow,
Walsh dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasarkan penekanan masalah
yang dipecahkannya, yaitu penyesuaian
pribadi, pendidikan, dan karir. Shertzer dan Stone (1980) mengelompokkan
konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu
yang berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu yang
berorientasi pada ranah kognitif dan ranah afektif. Patterson (1966) secara
lebih rinci mengelompokkan pendekatan konseling menjadi lima kelompok yaitu: pendekatan rasional, teori belajar,
psikoanalitik, perseptual-fenomenologis, dan eksistensial.
D.
Ragam
Bimbingan Menurut Masalah
a. Bimbingan
Akademik
Bimbingan akademik
yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah akademik.
b. Bimbingan
Sosial-Pribadi
Bimbingan
sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
c. Bimbingan
Karir
Bimbingan karir yaitu
binbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan
masalah-masalah karir, seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas
kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi.
d. Bimbingan
Keluarga
Bimbingan keluarga
merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota
keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan
norma keluarga, seta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan
keluarga yang bahagia.
E.
Tujuan
Bimbingan
Tujuan
pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: (1) merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang
akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan
kesulitan yang dihadapi dalam studi penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Secara
khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar
dapat mencapai tujuan-tujuan perkebangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar (akademik), dan karir.
F.
Fungsi
Bimbingan
1. Pemahaman,
yaitu membantu peserta didik (siswa) agar dapat memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2. Preventif,
yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok.
3. Pengembangan,
yaitu
konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel sekolah lainnya
bekerjasaa merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain stormin), home room, dan karyawisata.
4. Perbaikan
(Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bentuan kepada siswa yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5. Penyaluran,
yaitu bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler,
jurusan atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciriciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Adaptasi,
yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau
dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).
7. Penyesuaian,
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) aar dapat menyesuaikan
diri secara dinamis dan konstruktif terhadap proram pendidikan, peraturan
sekolah, atau norma agama.
G.
Prinsip-Prinsip
Bimbingan
1. Bimbingan
diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals).
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan
yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari
pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
2. Bimbingan
bersifat individualisasi. Setiap individu
bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga
berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bentuan adalah individu, meskipun
layanan bimbingannya manggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan
menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih
ada individu yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena
bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda
dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan,
dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan
merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
sekolah. Mereka sebagai teamwork
terlibat dalam proses bimbingan.
5. Pengambilan
keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.
Bimbingan diarahkan untuk mebantu individu agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan
nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan.
6. Bimbingan
berlangsung dalam berbagai seting (adegan) kehidupan.
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umunya.
H.
Jenis
Layanan Bimbingan
Beberapa jenis layanan
bantuan bimbingan itu di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan
Pengumpulan Data tentang Siswa dan Lingkungannya
Pelayanan
ini merupakan usaha untuk mengetahui diri individu atau siswa seluas-luasnya,
beserta latar belakang lingkungannya. Hal ini meliputi aspek-aspek fisik,
akademis, kecerdasan, minat, citacita, sosial, ekonomi, kepribadian, dan latar
belakang keluarganya (identitas orang tua, sosial ekonomi, dan pendidikan).
Untuk mengumpulkan data siswa dapat digunakan teknik tes dan non-tes. Teknik
tes meliputi: psiko tes dan tes prestasi belajar, seentara yang non tes
meliputi: observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan autobiografi.
2. Konseling
Konseling
merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini
memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik
secara face to face maupun melalui
media (telepon atau internet) dalam memperoleh
a. Pemahaman
dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya.
b. Menanggulangi
masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
3. Penyajian
Informasi dan Penempatan
Penyajian
informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi ) tentang berbagai aspek
kehidupan yang diperlukan inividu, seperti menyangkut aspek
a. Karakteristik
dan tugas-tugas perkembangan pribadinya
b. Sekolah-sekolah
lanjutan
c. Dunia
kerja
d. Kiat-kiat
belajar yang efektif
e. Bahaya
merokok, minuman keras, dan obat-obatan terlarang
f. Pentingnya
menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi masyarakat.
Layanan
penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka
menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat, dan
bakatnya. Penempatan ini meliputi penempatan pendidikan, penenpatan memilih
jurusan dan kelanjutan sekolah, penempatan jabatan, dan juga penempatan murid
dalam rangka program pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
4. Penilaian
dan Penelitian
Layanan
penilaian dilaksanakan untuk mengetahui tujuan program bimbingan apa saja yang
telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu dilakukan juga penilaian terhadap
hasil pelayanan kepada individu-individu yang mendapat pelayanan, untuk
kemudian dilakukan tindak lanjut (follow
up) terhadap hasil yang telah dicapai oleh individu yang bersangkutan
Penelitian
dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingan dalam arti menelaah lebih
jauh tentang pelaksanaannya; menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang belum
terpenuhi serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya.
I.
Asas
Bimbingan dan Konseling
Keberhasilan bimbingan
dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut
1. Rahasia,
yaitu menuntu dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak di
ketahui oleh orang lain.
2. Sukarela,
yaitu
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya.
3. Terbuka,
yaitu
menghendaki agar peserta didik (klien) yang enjadi sasaran layanan/kegiatan
bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
4. Kegiatan,
yaitu
menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan
bimbingan.
5. Mandiri,
yaitu
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peseeta didik (klien)
sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri
sendiri dan lingkungannya, mapu mengambil keputusam, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri.
6. Kini,
yaitu
menghendaki aar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondidinya sekarang.
7. Dinamis,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton,
dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Terpadu,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
9. Harmonis,
yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai
dan norma yang ada.
10. Ahli,
yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11. Alih
Tangan Kasus, yaitu menhendaki aar pihak-pihak
yangtidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat
dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12. Tut
Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
J.
Kekeliruan
dalam Menafsirkan Arti Bimbingan
1. Bimbingan
Identik dengan Pendidikan
Pengertian
ini keliru, karena bimbingan hanya merupakan salah satu bagian terpadu dari
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, sesuai dengan apa
yang diinginkan.
2. Bimbingan
Hanya Untuk Siswa-Siswa yang Salah Suai
Pengertian
ini juga keliru, karena bimbingan di sekolah diperuntukkan bagi semua murid
secara menyeluruh dan merata. Adalah tidak benar bahwa muridmurid yang salah
suai didahulukan dalam pelayanan.
3. Bimbingan
Berarti Bimbingan Jabatan/Pekerjaan
Bimbingan
tidak hanya ditujukan untuk membantu murid dalam menentukan atau memilih
jabatan/pekerjaan. Bimbingan harus diselenggarakan dalam segala dan keseluruhan
aspek pribadi individu, termasuk aspek fisik, mental, sosial pribadi serta
aspek akademiknya.
4. Bimbingan
diperuntukkan Bagi Murid Sekolah Lanjutan
Memang
benar bahwa sekolah lanjutan dihuni oleh murid-murid yang berada dalam masa
remaja. Akan tetapi tidak benar bahwa bimbingan hanya diperuntukkan bagi bagi
murid sekolah lanjutan saja. Bimbingan diperuntukkan bagi anak-anak, remaja,
dan segala masa perkembangan, karena masalah itu akan terasa dalam masa
perkembangan manapun juga.
5. Bimbingan
adalah Usaha Untuk Memberikan Nasehat
Bimbingan
bukan berarti memberikan nasehat pada seseorang. Dalam memberikan nasehat,
kecuali peranan penasehat sangat menonjol dan dominan, bagaimana pun ada suatu
unsur “pemaksaan” bagaimanapun kecilnya unsur tersebut.
6. Bimbingan
Menghendaki Kepatuhan dalam Tingkah Laku
Yang
dikehendaki sebagai hasil bimbingan bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian
diri. Sangatlah keliru apabila seseorang mempersamakan kepatuhan dan
penyesuaian diri.
7. Bimbingan
adalah Tugas Para Ahli
Dalam
penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan khusus, yang membutuhkan keahlian
tertentu, sekolah memerlukan para ahli di bidangnya masing-masing. Akan tetapi
tidak semua tugas bimbingan harus dilaksanakan oleh ahli. Dalam hal tertentu,
kadang-kadang peranan guru lebih menonjol di bandingkan dengan para ahli,
terutama dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar, dimana guru sangat dekat
dengan murid.
K.
Program
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995)
mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu
1. Layanan
Dasar Bimbingan
Layanan
dasar bimbingan erupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui
kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas yang disajikan secara sistematis,
dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal.
Layanan
ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
2. Layanan
Responsif (Responsive Service)
Layanan
responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan
atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera.
Layanan
ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada
saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan
untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasual (maladjustment).
Isi
layanan responsif ini adalah bidang:
a. Bidang
Pribadi
·
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
·
Perolehan sistem nilai
·
Kemandirian emosional
·
Pengembangan keterampilan intelektual
·
Menerima diri dan mengembangkannya
secara efektif
b. Bidang
Sosial
·
Berperilaku sosial yang bertanggung
jawab
·
Mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya
·
Mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga
c. Bidang
Belajar
·
Kurang memiliki kebiasaan belajar yang
baik
·
Kurang memahami cara belajar yang
efektif
·
Kurang memahami cara mengatasi kesulitan
belajar
·
Kurang memahami cara membaca buku yang
efektif
·
Kurang memahami cara membagi waktu
belajar
·
Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran
tertentu
d. Bidang
Karir
·
Kurang memahami cara memilih program
studi yang cocok dengan kemampuan dan minat
·
Kurang mempunyai motivasi untuk mencari
informasi tentang dunia kerja
·
Masih bingung untuk memilih pekerjaan
·
Masih kurang mampu memilih pekerjaan
yang sesuai dengan keampuan dan minat
·
Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan
setelah tamat sekolah
·
Belum memiliki pilihan perguruan tinggi
tertentu, jika setelah tamat tidak masuk dunia kerja
3. Layanan
Perencanaan Individual
Layanan
perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua
siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan
perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu
individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu sesuai dengan
pemantauan dan pemahamannya itu.
4. Dukungan
Sistem
Dukungan
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultsi dengan guru,
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian
dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
L.
Kualitas
Pribadi Konselor
Cavanagh (1982)
mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa
karakteristik sebagai berikut
1. Pemahaman
diri
2. Kompeten
3. Memiliki
kesehatan psikologis yang baik
4. Dapat
dipercaya
5. Jujur
6. Kuat
7. Hangat
8. Responsif
9. Sabar
10. Sensitif
11. Memiliki
kesadaran yang holistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar