PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.
Hakekat Pengembangan
Kurikulum
1. Pengertian
Kurikulum
Kurikulum bukan
berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin
currere yang secara
harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Akibat dari berbagai
perkembangan, terutama perkembangan masyarakat dan kemajuanteknologi, konsep
kurikulum selanjutnya juga menerobos pada dimensi waktu dantempat. Artinya
kurikulum mengambil bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar tidak hanya
terbatas pada waktu sekarang saja, tetapi juga memperhatikan bahan ajar
dan berbagai pengalaman belajar pada waktu lampau dan yang akandatang. Demikian
pula tidak hanya mengambil berbagai bahan ajar setempat(lokal), tetapi juga
yang bersifat nasional, yang kemudian berbentuk kurikulumnasional (kurnas) dan
yang lebih luas lagi bersifat internasional.Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang berisikan berbagai bahanajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan secara sistemik atas dasar norma-norma yang
berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Pengertian
lain tentang kurikulum diungkapkan dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan digunakan dalam Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 yang
merumuskan bahwa kurikulum adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, materi/isi atau bahan pelajaran serta metode cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pengertian kurikulumini lebih berbentuk kerangka kerja/rancangan
dalam membantu berkembangnyakemampuan-kemampuan peserta didik melalui proses
pembelajaran. Dalam halini, institusi sekolah bertanggung jawab menggunakan
kerangka kerja tersebutdalam mengembangkan kurikulum. Di dalam kerangka kerja
tersebut memuat informasi tentang: (1) Apa yang harus dipelajari peserta didik
(subyek), (2) Apayang harus peserta didik
ketahui dan mampu lakukan (kompetensi), (3) Berapa lama mereka dapat
belajar (jam belajar, minggu belajar), dan (4) Dengan cara bagaimana
peserta didik belajar (tatap muka, tugas terstruktur, tugas individu).
2. Pengembangan
Kurikulum
Pada dasarnya pengembangan
kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagai pengaruhyang sifatnya positif yang datangnya
dari luar atau dari dalam sendiri, denganharapan
agar peserta didik dapat mengahadapi masa depannya dengan baik.Orientasi
pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek,yaitu:
a. Tujuan pendidikan
menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa
yang kita didik itu
b. Pandangan tentang
anak: apakah anak dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif
c. Pandangan tentang
proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itudianggap sebagai proses
transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak
d. Pandangan tentang
lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola secaraformal, atau secara
bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar
e. Konsepsi tentang
peranan guru: apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat
otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap
memberi bimbingan dan bantuan pada anak didik untuk belajar
f.
Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilan ditentukan
dengan tes atau nontes.
Prinsip
Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa prinsip
umum dalam pengembangan kurikulum
1. Prinsip
Relevansi
Ada dua macam
relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansike luar (eksternal) dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri (internal).Relevansi internal adalah
bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasianantara komponen-komponennya,
yaitu keserasian antara tujuan yang harusdicapai, isi, materi, atau pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa, strategiatau metode yang digunakan serta
alat penilaian untuk melihat ketercapaiantujuan. Relevansi internal ini
menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Ada 3 macam relevansi
eksternal dalam pengembangan kurikulum:Pertama, relevan dengan lingkungan hidup
peserta didik. Kedua, relevandengan perkembangan zaman baik sekarang maupun
dengan yang akandatang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan
kondisi yangsedang berkembang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia
pekerjaan.Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi
duniakerja.
2. Prinsip
Fleksibilitas
Apa yang diharapkan
dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuaidengan kondisi kenyataan yang
ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkanoleh kemampuan guru yang kurang,
latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana
dan prasarana yang ada di sekolahtidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur
atau fleksibel. Artinya,kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada.Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan.Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama, fleksibel bagi
guru, yangartinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru
untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagaikemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
3. Prinsip
Kontinuitas
Perkembangan dan proses
belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus.
Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satutingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak
bersama-sama.
4. Prinsip Efisiensi
Betapa bagus dan
idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang
sangat khusus dan mahal pula biayanya, makakurikulum tersebut tidak praktis dan
sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun
personalia. Kurikulum bukan hanyaharus ideal tetapi juga harus praktis.
5. Prinsip Efektifitas
Walaupun kurikulum
tersebut harus murah dan sederhana, tetapikeberhasilannya tetap harus
diperhatikan, baik secara kuantitas maupunkualitas.
Landasan Pengembangan Kurikulum
Terdapat tiga andasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi,landasan psikologi, dan
landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperandalam langkah
pengembangan kurikulum.
1. Landasan
Filosofi
Filsafat pada
dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada padasetiap orang. Dengan kata
lain bahwa setiap orang mempunyai filsafatdalam arti pandangan hidup pada
dirinya. Berkenaan dengan pendidikan,setiap orang mempunyai pandangan tertentu
mengenai pendidikan.Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan
kurikulumdirumuskan.Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat
perenialisme,essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan
konstruktivime.Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakanaliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model KurikulumSubjek-Akademis. Sedangkan,
filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Mod el Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksi onal. Masing-masing
aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat
ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai.
Terjadi pergeseran
landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu denganlebih menitikberatkan pada
filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan
Psikologi
Terdapat dua landasan
psikologi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
belajar (psychology of learning) dan psikologi perkembangan. Psikologi
belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran
umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah
dirumuskan untuk merumuskan precise education
(kompetensi dasar/KD), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan
dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan
dalam pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada
tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman
belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan perkembangan
jiwaanak. Pada dasarnya dua landasan psikologi tersebut sangat diperlukandalam
pengembangan kurikulum yaitu pada langkah merumuskan tujuan pembelajaran,
menyeleksi serta mengorganisasi pengalaman belajar.
3. Landasan
Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara manusiadalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya. Jadi sosiologimempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu
dengan yang laindalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat
atausosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan
katalain sosiologi berkaitan dengan aspek sosial atau masyarakat.Sosiolologi
mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian
nilai-nilai dalam masyarakat, berperandalam penyesuaian dengan kebutuhan
masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam
memahami keunikanindividu, masyarakat dan daerah.Dalam merumuskan tujuan
kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa (student),
masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih menekankan pada
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang
sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebihmelihat
kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah
berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat
pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan
kurikulum dalam merumuskan tujuan pembelajarandengan memperhatikan sumber
masyarakat (society source)
agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dantidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.Pengembangan
kurikulum mengalami sebuah siklus (Depdiknas, 2006) sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kurikulum
Perencanaan kurikulum
pada dasarnya adalah penyiapan dokumen kurikulum berupa kurikulum dokumen
inti, pedoman dan suplemen yang merupakan paket dokumen kurikulum. Dokumen yang
dikembangkan didasari atas beberapaanalisis yaitu meliputi: (1) Analisis
kebutuhan masyarakat, (2) Analisis kebutuhan pengembangan ilmu,
pengetahuan, dan nilai-nilai, dan (3) Analisis kebutuhan peserta didik. Perencanaan
kurikulum dilakukan baik dalam jangka panjang, menengah,maupun jangka pendek.
a. Perencanaan
Kurikulum Jangka Panjang merupakan kurikulum yangdikembangkan secara nasional yang
diistilahkan dengan "Standar Muatan Nasional". Standar tersebut
berbentuk kerangka kerja yang memberikaninformasi umum mengenai keseluruhan
mata pelajaran yang harus dipelajari(muatan), apa yang perlu diketahui pada
setiap mata pelajaran (topik atauaspek), maupun apa yang perlu dilakukan pada
setiap mata pelajaran(kompetensi). Pengajar akan dinilai berdasarkan kemampuan
mereka untuk mengembangkan kurikulum
mata pelajaran mereka (kompetensi pedagogik inti). Ini adalah tugas
sulit dan menantang bahkan bagi pengajar yang berpengalaman dan
berkualifikasi tinggi. Kurikulum makro ini ditetapkanoleh Pemerintah.
b. Perencanaan
Kurikulum Jangka Menengah merupakan perencanaan pembelajaran jangka menengah atau
disebut juga kurikulum mikro memuatkerangka kerja tentang program-program
belajar untuk setiap semester dankelas, termasuk menetapkan jumlah mata
pelajaran yang akan diajarkan.Perencanaan pembelajaran jangka menengah sering
disebut dengan silabus.Peranan pengajar adalah mengembangkan silabus ini.
Fungsi utama
dari perencanaan pembelajaran jangka menengah adalah untuk
memetakan pembelajaran satu kelas selama satu semester. Silabus
memperlihatkan rincian apa yang akan dilakukan peserta didik selama satu
periode tertentuyaitu sepanjang semester pada setiap pelajaran. Perencanaan
pembelajaran itumemuat garis besar (outline) bahasan dan menunjukkan
kesinambungan pembelajaran. Sekolah dan para pengajar bertanggung jawabmengembangkan kurikulum mikro (silabus).
c.
Perencanaan Kurikulum Jangka
Pendek merupakan perencanaan disusun oleh individu pengajar yang
disebut juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP (lesson plan).
Perencanaan ini memuat uraian yang akan dijelaskan oleh pengajar dalam
pembelajaran sehari-hari. Tanggung jawabsekolah dan para pengajar untuk
mengembangkannya.Kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran yang dibuat secara
tertulis(written curriculum) menjadi pedoman bagi para pelaksana kurikulum
dalam proses pembelajaran peserta didik. Perencanaan pembelajaran tertulis
ini akanmembantu mengingatkan pengajar untuk memasukkan semua elemen
kegiatan pembelajaran dan membantu pengajar menjadi lebih cermat dan
reflektif. Tanpaadanya perencanaan akan sulit menganalisa bagaimana
sesuatusemestinyadirencanakan atau diterapkan setelah pembelajaran
dilaksanakan. Dengandemikian, perencanaan pembelajaran tertulis berguna juga
sebagai sumber untuk pembelajaran materi yang sama di waktu yang
akan datang.Dalam merencanakan kurikulum, langkah-langkah yang ditempuh
meliputi:
a.
Merumuskan Tujuan
Perumusan tujuan
kurikulum memperhatikan (1) Tujuan yang ada pada diri peserta didik, (2)
Tujuan yang akan dihasilkan, berupa hasil belajar yaitu perilaku tertentu
(biasanya dinyatakan dengan kata kerja tertentu), (3) Objek dari tujuan
itu (berupa materinya). Tujuan yang dirumuskan di dalamkurikulum adalah tujuan
umum yang tidak bisa langsung dilakukan pengamatan atau pengukuran di
dalamnya.
b. Perumusan
Materi
Pengorganisasian
materi dalam mata pelajaran memperhatikan danmempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut : (1) Perkembangan psikologisdan fisik anak, (2) Kebermanfaatan atau
kegunaan bagi anak, (3) Beban belajar anak, (4) dan disiplin
keilmuan.Dalam menyusun materi perlu diperhatikan ruang lingkup (scope) yaitu kedalaman
materi materi yang dibatasi pada masalah tertentu dan urutan (sequence) adalah
materi diurutkan sesuai jalan logis dan tingkatkesulitannya. Materi
pembelajaran yang dirumuskan berupa materi-materi pokok.
c. Perumusan
Kegiatan Pembelajaran
Dalam merumusan
kegiatan pembelajaran termasuk di dalamnya adalahmerumuskan strategi dan metoda
yang dipilih. Perumusan kegiatan pembelajaran disertai dengan indikatornya
agar dapat terukur ketercapaiannya. Untuk suatu tujuan atau materi
tertentu bisa saja digunakan beberapa metode, demikian juga sebaliknya.
d. Penentuan
Alat Evaluasi yang Diperlukan
Alat/instrumen
evaluasi dipergunakan dalam menilai proses dan output pembelajaran. Penentukan
alat evaluasi yang cocok bisa didasarkan kepadatujuan pembelajaran maupun
pertimbangan yang lain, tentang jenis alatevaluasi yang banyak dipergunakan
untuk tiap domain tujuan.
2. Pengembangan
Kurikulum
Pengembangan
kurikulum melibatkan pihak terkait, yang masing-masing memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum meliputi: (1) Pengambil keputusan yang terkaitdengan penetapan
kurikulum, (2) Ahli kurikulum, (3) Ahli disiplin keilmuan, (4)Ahli psikologi,
dan (5) Pengajar.Dalam mengembangkan kurikulum dapat dilakukan dengan
terlebihdahulu mengajukan empat pertanyaan mendasar dalam pengembangan
kurikulum,yaitu:
a. Pertanyaan pertama,
"What educational purposes should the school seek to attain?"
yaitu tujuan pendidikan atau pembelajaran mana yang ingin dicapai olehsekolah?
Ini pertanyaan tentang tujuan.
b. Pertanyaan kedua,
"How can learning experiences be selected which are likely to be use ful in attaining these
experiences?" yaitu pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disiapkan untuk mencapai tujuan atau
kemampuan apasaja yang harus diberikan kepada peserta didik? Ini
pertanyaan tentang materi.
c. Pertanyaan ketiga,
"How can learning experiences be organized for effective instruction?"
yaitu bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan atau pengalaman
belajar tersebut secara efektif? Ini pertanyaan tentang strategi ataumetode.
d. Pertanyaan keempat,
"How can the effectiveness
of learning experiences beevaluated?" yaitu bagaimana menentukan
bahwa tujuan sudah berhasil dicapai? Ini pertanyaan tentang evaluasi.
B.
Isi dalam
Pengembangan Kurikulum
I. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan
kurikulum memerlukan :
1.
Landasan Filosofis
2.
Landasan Psikologis
3.
Landasan Sosiologis
4.
Landasan IPTEKS
1.
LANDASAN FILOSOFIS
Filsafat
berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, termasuk masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah – masalah
pendidikan. Filsafat akan menentukan ke arah mana
perserta didik akan dibawa. Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang
melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
2.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Kurikulum
harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana
perilaku peserta didik itu harus dikembangkan. Karakteristik perilaku
setiap individu padaberbagai tingkatan perkembangan merupakan
kajian dari ppsikologi perkembangan. Oleh karena itu, dalam pengembangan
kurikulum landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar .
Perkembagan-perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya
diperoleh melalui proses belajar.
3.
LANDASAN SOSIOLOGIS
Pendidikan
adalah proses buday untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui 8interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah mahasiswa
dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan
nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
4.
LANDASAN
IPTEKS
Teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan dan selalu
berkembang dengan pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.
Pendidikan merupakan upaya menyiapkan mahasiswa menghadapi masa
depan dan perubahan masyarakat, maka pengembangan kurikulum haruslah
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seni merupakan hal yang penting
yang dapat memperhalus budi pekerti.
II.
KOMPONEN-KOMPONEN
KURIKULUM
Kurikulum
merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu.
1.
Komponen Tujuan.
Tujuan
pendidikan memiliki klasifikasi berjenjang, tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. Menurut
Bloom, ada tujuan afektif, kognitif dan psikomotor.
2.
Komponen Isi / Materi
Pelajaran
Isi
kurikulum berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki
mahasiswa. Isi kurikulum menyangkut aspek pengetahuan atau materi
pelajaran, maupun kegiatan mahasiswa.
3.
Komponen Metode /
Strategi
Komponen
ini berhubungan dengan implementasi kurikulum dan cara penyampaian
materi. Mengingat kemampuan mahasiswa yang beragam, dosen dituntut dapat
menyampaikan materi dengan metode yang berfariasi.
4.
Komponen Evaluasi
Melalui
evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum, apakah suatu kurikulum dapat
dipertahankan atau tidak. Dengan evaluasi dapat ditentukan pula apakah
tujuan yang direncanakan sudah tercapai atau belum.
C.
Pendekatan dalam
Pengembangan Kurikulum
A.
PENGERTIAN
Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kuran tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan memuaskan, dan sebagainya. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dam metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kuran tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan memuaskan, dan sebagainya. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dam metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
B.
PENDEKATAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Pengembangan kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik
berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan
komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak
terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai
konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga
kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh.
Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:
1.
Pendekatan berorientasi pada
bahan pelajaran.
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975.
bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan
adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab
tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai
dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka
sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran.
Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul
dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa
yang akan diberikan / diajarkan kepada peserta didik?
2.
Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan
atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan?
Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan adalah:
a.
Tujuan yang ingin dicapai jelas
bagi penyusunan kurikulum
b.
Tujuan yang jelas pula didalam
meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
c.
Tujuan-tujuan yang jelas itu
juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di
capai.
d.
Hasil penilaian yang terarah
tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan
yang di perlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri
(bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang
berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau
pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
3.
Pendekatan dengan Organisasi
Bahan
a.
Pendekatan Pola Subjec Matter
Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran
secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata
pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.
Pendekatan dengan Pola
Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola
mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara
dekat berhubungan.
Pendekatan ini dapat ditinjau dariberbagai aspek, yaitu:
1.
Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi,
Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian
dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang
studi.
2.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan
sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup
suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
3.
Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan
pembicaraan mengenai; segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan
sebagainya.
c.
Pendekatan Pola Integrated
Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti
tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari
bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia
seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang
terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan
tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum yang
dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan
penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan
tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian
komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan
komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang
mengambil keputusan kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar