A.
Beberapa Pendapat Tentang Proses Pembakaran
Sejak zaman purba orang telah mengenal api karena api
mempunyai sifat panas yang dapat membakar dan bercahaya maka api telah dianggap
dewa. Dewasa ini telah diketahui bahwa api memegang peranan penting dalam
berbagai proses kimia.
Proses pembakaran merupakan suatu hal yang penting bagi para
ahli kimia sehingga mereka melakukan eksperimen dan atas hasil eksperimen itu
mereka mengemukakan pendapatnya.
Robert Boyle adalah seorang ahli filsafat dan sekaligus juga
seorang ilmuwan bangsa Inggris. Ia dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1627 di
Irlandia. Pada usia 11 tahun ia pergi ke Eropa untuk bersekolah di kota Genewa
dan di Italia. Di tempat kediamannya di Oxford, ia membangun sebuah
laboratorium kecil pada tahun 1654 dan meminta Robert Hooke untuk menjadi
asistennya. Mereka melakukan eksperimen dengan pompa udara dan eksperimen
tentang pembakaran. Boyle meninggal pada 30 Desember 1691. Boyle mendirikan
suatu perkumpulan yang diberi nama “The
Invisible College”. Ia berpendapat bahwa ilmu kimia harus dipelajari sebagai
ilmu tersendiri, dan tidak hanya digunakan sebagai pelengkap ilmu kedokteran
atau untuk mencapai tujuan tertentu. Boyle tertarik pada pompa udara yang telah
dibuat oleh Otto von Guericke pada tahun 1654 dan pada tahun 1659 ia berhasil
membuat pompa udara.
Pendapat Boyle tentang unsur ditulis dalam bukunya yang
berjudul The Septical Chymist. Menurut
pandangan Boyle, unsur adalah zat yang sangat sederhana dan murni, yang tidak
dibuat dari zat lain dan merupakan bagian dari senyawa. Jadi, unsur adalah
suatu zat yang tidak dapat dipecah lagi menjadi zat-zat lain.
Dalam bukunya yang berjudul “New Experiments Touching the Relation Betwixt Flame and Air”, yang
terbit pada tahun 1672, Boyle menulis tentang peristiwa pembakaran. Dari
eksperimen yang dilakukannya, ia berkesimpulan bahwa pembakaran tidak terjadi
apabila tidak ada udara. Akan tetapi dengan Asam Nitrat pembakaran dapat
terjadi tanpa udara.
Pada tahun
1673, ia menertbitkan buku berjudul New
Experiments to Make Fire and Flame Stable and Pounderable, yang menerangkan
bahwa bila logam dibakar di udara maka logam tersebut akan dikapurkan (calcined) dan beratnya akan bertambah.
Menurut
Boyle, pembakaran adalah penggabungan antara benda dengan partikel api. Teori
ini diterima oleh beberapa ahli kimia antara lain Becherd dan Stahl.
Robert
Hooke adalah seorang ahli fisika bangsa Inggris yang terkenal karena
menciptakan hokum tentang elastisitas atau kekenyalan suatu benda, yang
sekarang kita kenal sebagai Hukum Hooke. Ia dilahirkan pada 18 Juli 1635 dan
pada masa kanak-kanaknya ia bersekolah di Westminster School, pada tahun 1653
ia mengikuti kuliah di Christ Chruch College kota Oxford.
Pada tahun
1665, ia diangkat sebagai guru besar di Gresham College di kota London. Dari
tahun 1677 hingga 1682, ia menjabat sebagai sekretaris pada The Royal Society. Hooke meninggal dunia
di London pada 3 Maret 1703.
Semasa
hidupnya ia menulis tentang mikroskopi dalam sebuah bukunya yang berjudul “Micrographia” pada tahun 1665. Pada
tahun 1667, ia mengemukakan teorinya tentang elastisitas suatu benda. Hooke
ternyata juga melakukan eksperimen yang menyebabkan terjadinya pembakaran.
Sedangkan api atau nyala itu hanyalah akibat adanya panas yang tinggi. Pendapat
Hooke tentang pembakaran ini di kemudian hari dikemukakan dan dikembangkan oleh
Lavoisier.
John Mayow
adalah seorang ahli hokum dan juga seorang dokter bangsa Inggris yang lahir di
kota London pada 24 Mei 1640. Pada tahun 1658, ia mengikuti kuliah di Oxford
University, dan memperoleh gelar doktor dalam ilmu hukum pada 1670. Namun
demikian, ia kemudian tertarik pada bidang Kedokteran dan ia pun mempelajari
fisiologi dan kimia.
Mayow juga
mengemukakan bahwa benda-benda dapat terbakar tanpa udara apabila sebelumnya
telah dicampur dengan “niter” atau “saltpeter” (asam nitrat dan garamnya).
Dengan demikian, ia menarik kesimpulan bahwa dalam niter terdapat bagian udara
yang dapat menimbulkan kebakaran yang dinamakannya “spiritus nitro aerius”. Mayow meninggal dunia pada Oktober 1679.
Dari
uraian di atas bahwa Boyle, Hooke dan Mayow telah membuat suatu kemajuan yang
baik ke arah teori yang benar mengenai peristiwa atau proses pembakaran. Namun
demikian, kemajuan yang telah mereka
rintis ini terhalang oleh teori lain tentang pembakaran yang dapat bertahan
hampir satu abad lamanya, yaitu teori Flogiston yang dikemukakan oleh seorang
ahli kimia yakni Stahl.
B.
Teori Flogiston
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, Johan Joachim Becher pada tahun 1667. J.J
Becher adalah seorang dokter dan juga seorang ahli kimia dan ahli ekonomi yang
lahir pada 6 Mei 1635 di Speyer jerman. Pada tahun 1960-1966, ia menjadi guru
besar ilmu kedokteran di kota Mainz dan kemudian menjadi penasehat ekonomi dari
kaisar Leopold I di Wina.
Dalam bukunya yang berjudul “Physica Subterania”, ia mencoba membuat hubungan antara kimia
dengan fisika serta mengemukakan pendapatnya bahwa benda-benda itu terdiri atas
udara, air, dan mineral. Adapun mineral terdiri atas 3 konstituen yaitu terra pinguis, terra mercurialis, dan terra lapida. Terra pinguis adalah bagian yang mudah terbakar.
Becher berpendapat bahwa pembakaran itu adalah
pembakaran itu adalah suatu proses penguraian dan bagian yang ringan atau
bagian yang mudah terbakarakan hilang. Pendapat Becher ini kemudian
dikembangkan oleh George Ernst Stahl pada tahun 1731.
Gerge Ernst Stahl, seorang dokter dan ahli kimia
bangsa Jerman. Ia lahir di kota Ancbach Bavaria pada Bavaria pada 21 Oktober
1660. Ia diangkat menjadi dokter pribadi raja Frederick I dari Prussia hingga
ia meninggal dunia di kota Berlin pada 14 Mei 1734.
Pada dasarnya Stahl dapat menerima pendapat Becher
tentang terra pinguis pada suatu
benda, hanya ia memakai istilah “flogiston”
untuk itu. Kata flogiston berasal dari kata Yunani “phlox” yang berarti nyala api. Apabila suatu benda terbakar atau
suatu logam dikapurkan maka flogiston akan keluar dari benda tersebut dan akan
diberikan kepada udara di sekitarnya. Jadi menurut Stahl, pada hakekatnya semua
benda mengandung flogiston. Hanya saja ada yang banyak dan ada yang sedikit
kandungan flogistonnya.
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan
meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu) dianggap memiliki kadar flogiston
yang sangat tinggi, sedangkan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar dan
berkorosi (misalnya besi), mengandung sangat sedikit flogiston. Udara tidak
memiliki peranan dalam teori flogiston. Tiada eksperimen kuantitatif yang
pernah dilakukan untuk menguji keabsahan teori flogiston ini, melainkan teori
ini hanya didasarkan pada pengamatan bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan
objek tampaknya menjadi lebih ringan dan sepertinya kehilangan sesuatu selama
proses pembakaran tersebut. Secara umum, teori flogiston dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Massa benda yang dibakar
= Massa sisa pembakaran + massa gas flogiston
Teori flogiston menjelaskan bahwa flogiston hanya
dapat keluar apabla ada medium yang menerimanya, misalnya udara. Karena udara
terbatas jumlahnya, maka udara akan lekas jenuh kepada flogiston dan tidak dapat
lagi menampungnya. Hal inilah yang menyebabkan padamnya api atau zat yang
terbakar tadi. Flogiston adalah alat untuk menjelaskan peristiwa kimia,
terutama mengenai proses pembakaran. Dengan demikian, teori ini dapat bertahan
satu abad lamanya, walaupun pada tahun 1630 Jean Rey telah mengatakan bahwa
pertambahan berat timah bila dipanaskan disebabkan oleh partikel-partikel kecil
udara tergabung dengan timah tersebut. Pendapat Jean Rey ini dapat dikatakan
mendekati teori pembakaran yang sekarang kita kenal, yaitu bahwa proses
pembakaran suatu zat itu adalah reaksi kimia antara zat tersebut dengan
oksigen.
C.
Penemuan Gas-Gas
1.
Joanes
Babtista Van Helmont
Istilah gas diberikan
oleh Joanes Babtisa Van
Helmont berdasarkan
pengamatannya terhadap uap air yang naik ke udara dan bergerak tak menentu
(chaotic).
Pertama kali yang menggunakan istilah
gas ini adalah Van Helmont yang berasal dari bahasa Yunani “kekacauan”. Van
Holment Lahir di Brussel Belgia pada 12 Januari 1580 dan wafat pada 30 Desember
1644 di Vivoorado Spanish Netherlands. Meskipun cenderung menganut paham
Mistisme, ia adalah seorang pengamat yang cermat dengan eksperiman yang tepat.
Ia adalah orang pertama yang mengenali gas selain udara dan manciptakan kata
"gas" serta menemukan bahwa
gas yang dihasilkan dari pembakaran arang dan fermentasi jus anggur adalah
sama. Karena penerapan prinsip-prinsip kimia di bidang pencernaan dan nutrisi,
ia disebut "Father of Biochemistry".
Ia melakukan pengamaan dan pengukuran
dengan cermat yang mengarahkan dia menemukan sifat dasar air. Ia menganggap
bahwa air merupakan konstituen utama dalam materi. Untuk menunjukkan teorinya
ia melakukan percobaan yang terkenal, ia menumbuhkan pohon Wilow selama lima
tahun dengan jumlah tanah yang terukur. Pohon mengalami pernambahan berat 164
pons walaupun hanya air yang di masukkan ke tanah sedangkan tanah hanya
menyusut beberapa ons.
Ketika suatu zat dibakar ia akan
mengalami pengurangan dari zat pembentuknya gas dan ia percaya bahwa ketika 62
pons kayu dibakar akan menjadi abu yang berbobot 1 pons, 61 pons telah hilang
sebagai air dan gas. Zat berbeda akan menghasilkan gas yang berbeda ketika
dibakar. Van Helmot mengidentifikasi 4 gas, yang bernama gas karbonum, 2 jenis
gas sylvester, dan gas pingue. gas-gas tersebut saat ini kita sebut gas karbon
dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida dan metana.
Ia kemudian mempelajari pembakaran kayu
dan mengumpulkan gas yang terbentuk. Ia menamakan gas tersebut gas sylvestre
(sekarang dikenal sebagai gas karbon dioksida). Istilah gas kemudian digunakan
sebagai salah satu wujud materi.
2.
Stephen
Hales
Stephen Hales adalah seorang ahli
fisiologi, kimia, dan seorang penemu, lahir di Bekesbourne di Kent, Inggris
pada tahun 1677. Hale masuk universitas Cambridge pada tahun 1696 untuk belajar
teologi. Ia diangkat menjadi pendeta pada tahun 1708 di Teddington dekat Lodon.
Selama ia hidup di Cambridge ia belajar ilmu pengetahuan dan dipengaruhi oleh
ide-ide Isaac Newton yang masih mendominasi pemikiran-pemikiran ilmiah di
universitas yang membantu Hales mengembangkan metode kuantitatif dalam penelitian
biologisnya.
Ia terpilih menjadi pengikut Royal
Society pada tahun 1718 tetapi buku pertamanya yang berjudul Vegetable Staticks
tidak dipublikasikan sampai tahun 1727. Dalam buku ini, termasuk pengamatan
yang paling penting dalam fisiologi tumbuhan, Hales menerangkan bahwa daun
tumbuhan menyerap udara dan sebagian udara tersebut digunakan sebagai nutrisi.
Ia juga menyadari bahwa cahaya diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melalui
penelitiannya secara berkala. Ia mengukur banyaknya air yang hilang pada
tanaman (proses transpirasi) terjadi melalui daun dan bertanggung jawab atas
naiknya aliran getah pada tanaman. Dari pengukurannya mengenai aliran getah, ia
menyimpulkan bahwa aliran getah pada tumbuhan tidak memiliki kemiripan dengan
sirkulasi darah pada hewan.
Hales merupakan ilmuwan yang merancang
alat analisis gas secara kuantitatif, ia juga memiliki kontribusi penting untuk
memahami sirkulasi darah dengan mengukur sifat seperti tekanan darah, output
per menit dari jantung, laju aliran dan resistensi aliran dalam pembuluh dan
hasilnya dipublikasikan di Haemastaticks (1733, Blood Statics).
Penemuan penting lainnya termasuk
pengembangan metode untuk mengumpulkan gas dari air, menyulingkan air tawar
dari air laut, dan mengawetkan makanan dengan belerang oksida. Ia juga
menemukan ventilator untuk memasukan udara segar ke dalam penjara, kapal dan
lumbung.
Stephen Hales meninggal pada 4 Januari
1761 di Teddington pada usia 84 tahun dan dimakamkan di bawah gereja tempat ia
bekerja selama bertahun-tahun.
3.
Joseph
Black
Joseph Black dilahirkan pada tanggal 16
April 1728 di Bordeaux, Perancis, putra seorang pedagang skotlandia yang
menetap di kota itu. Pendidikan pertamanya di universitas Glasgow, dia
melanjutkan ke Universitas Edinburgh untuk menyelesaikan studi medis dan
menyelesaikan tesisnya pada tahun 1754. Awalnya tesisnya dibuat dalam bahasa
latin kemudian pada tahun 1756 tesisnya yang berjudul Experiments upon
Magnesia Alba, Quicklime, and Some Other Alcaline Substances disebarluaskan
dalam bahasa inggris. Pekerjaan yang diuraikan dalam tesisnya
terdengar seperti lonceng kematian yang mengakhiri Teori Phlogiston
dan mengawali proses pengembangan sistem modern kimia melalui Teori Lavoisier
dan lainnya. Dalam tesisnya ia menunjukkan percobaan kuantitatif bahwa Magnesia
alba CaCO3), suatu alkali ringan, berkurang beratnya setelah dipanaskan karena
adanya pelepasan udara yang berbeda dengan udara disekitarnya yang disebut
"Fixed Air" (sekarang dikenal dengan CO2).
Kontribusi Black dalam ilmu kimia dan
material sangat sedikit namun sangat mendasar. Dalam tesis doktornya ia
memperkenalkan metode kuantitatif untuk kimia dan menunjukkan bahwa karbon
dioksida yang sebelumnya diketahui hanya berasal dari proses respirasi dan
fermentasi, kini dapat diperoleh dari hasil pemanasan kalsium karbonat. Selain
menghasilkan gas CO2 pemanasan kalsium kabonat juga menghasilkan kalsium
oksida. Eksperimennya mendeteksi karbon dioksida di udara dan menunjukkan bahwa
CO2 membentuk asam di dalam air.
Selain itu ia juga bekerja di bidang
termodinamika, ia berhasil menemukan panas laten dan mengamatinya tetapi tidak
berhasil memahami perbedaan panas spesifik dari setiap bahan. Ia adalah
pencetus Asas Black dan orang pertama yang mengenali dengan jelas
perbedaan antara intensitas dan kuantitas panas.
Beberapa tahun berikutnya, dia memulai
penelitian mengenai sifat kimia magnesia alba (magnesium karbonat) dan
menemukan sesuatu yang disebutnya dengan fixed air (karbon dioksida).
Eksperimen ini melibatkan pengukuran gravimetrik pertama yang dilakukan dengan
sangat hati-hati pada suatu perubahan ketika magnesia alba (dengan melepaskan
CO2) dan bereaksi menghasilkan produk berupa asam atau basa. Hal ini memberikan
pertanda pada penelitian Lavoisier dan membuat pondasi pada kimia modern.
Sekembalinya ke Glasgow, sebagai profesor pada tahun 1756, dia bertemu James
Watt (penemu mesin uap) dan memulai bekerja mengembangkan kalor laten, dan
bagian pertama dari kalorimetri. Sekali lagi, penelitiannya melibatkan aspek
kuantitatif, yang menjadikannya jalan untuk penemuannya, terutama pengukuran
kalor. Karena dia tinggal di Glasgow, dia melakukan eksperimen pada proses
pembekuan dan pendidihan air dan campuran air-alkohol yang mengawalinya pada
konsep kalor laten leburan. Dia melakukan penelitian yang sama untuk kalor
laten penguapan, yang merupakan awal dari konsep kapasitas kalor atau kalor
spesifik.
Dia merupakan seorang guru yang
terkenal. Sebagian besar muridnya di Glasgow mengikuti dia ke Edinburg ketika
pindah pada tahun 1766. Dia banyak melakukan penelitian pada magnesia alba dan
efek dari kalor. Dia juga merupakan seorang fisikawan selama hidupnya.
Kesehatannya tidak selalu baik, dia
menderita masalah pada paru-paru yang dideritanya dari semasa kanak-kanak dan
rematik pada akhir masa hidupnya. Dia menjadi seorang vegetarian pada akhir
masa hidupnya dan mengalami kekurangan vitamin D sejak dia pindah negara. Dia
tidak pernah menikah dan meninggal di Edinburg pada 6 Desember 1799.
4.
Henry
Cavendish
Henry Cavendish - Penemu Hidrogen (1731-1810) - Henry Cavendish adalah ahli
fisika dan kimia Inggris yang terbesar pada zamannya, penemu hidrogen (1766),
massa bumi (1801) atau konstante gravitasi Newton, tahanan listrik, karbon
dioksida, kalsium karbonat. Ia menemukan bahwa air terdiri dari hidrogen dan
oksigen, bahwa nitrogen adalah bahan untuk
membuat asam nitrat, bahwa atmosfer terdiri dari empat perlima nitrogen dan seperlima oksigen. Ia juga
menemukan dasar-dasar teori medan listrik dan ide potensial listrik. Sebenarnya
Cavendish menemukan hukum Coulomb dan hukum Ohm, tapi karena tulisan-tulisannya
baru ditemukan satu abat kemudian, maka Coulomb dan Ohm-lah yang diakui sebagai
penemu hukum tersebut.
Cavendish lahir di Nice, Prancis, pada
tanggal 10 Oktober 1731. Ia keturunan bangsawan dan penjabat tinggi. Ibunya
meninggal ketika Cavendish baru berumur dua tahun. Pada umur 11 tahun ia masuk
seminari (sekolah untuk calon pastur) di Hackney dekat London. Pada umur 18
tahun ia kuliah dan ketika tamat ia tidak mau mengambil gelar doktor.
Cavendish adalah orang aneh yang
nyentrik. Ia sangat pemalu, pendiam dan rendah hati. Ia tidak ingin prestasinya
diketahui orang lain. Ia malu berhadapan dengan orang lain. Oleh karena itu ia
hampir tidak pernah berkumpul dan bergaul dengan orang lain. Ia selalu
menyendiri. Bahkan pada saat mati pun ia tidak ingin ada orang didekatnya. Ia
selalu menjauhi wanita. Ia tidak mau bertemu dengan wanita. Ada yang mengatakan
bahwa Cavendish takut wanita atau sangat malu terhadap wanita.
Perintah-perintah kepada pembantu wanita selalu disampaikan dengan surat.
Bahkan kata orang, seandainya ada wanita yang berdiri didekatnya, wanita itu
pasti ia tembak di tempat. Oleh karena itu, Cavendish tidak kawin. Ia meninggal
di London pada tanggal 24 F ebruari 1810 pada umur 78 tahun. Mayatnya di kubur
di Katedral Derby. Namanya diabadikan jadi nama laboratorium. Laboratorium Cavendish
di Universita Cambridge menghasilkan ilmuwan-ilmuwan termasyhur di dunia,
antara lain Jerman Clerk Maxwell, Lord Rayleigh, J J, Thomson, Emest
Rutherford, Lawrence Bagg dan Nevill Mott.
Pada saat Cavendish mulai bekerja kimia
nya, ahli kimia baru saja mulai mengakui bahwa "mengudara" yang
berkembang dalam reaksi kimia banyak entitas yang berbeda dan bukan hanya
modifikasi dari udara biasa. Cavendish melaporkan pekerjaan sendiri di
"Three Papers Containing Experiments on Factitious Air" pada 1766.
Makalah ini ditambahkan besar terhadap pengetahuan tentang pembentukan
"udara terbakar" (hidrogen) oleh aksi asam encer pada logam.
Cavendish juga membedakan pembentukan oksida nitrogen dari asam nitrat.
Karakter kimia sejati mereka belum diketahui, namun deskripsi Cavendish dalam
pengamatannya hampir logis yang sama seolah-olah dia berpikir dalam istilah
modern, perbedaan utama adalah bahwa ia menggunakan terminologi dari teori
phlogiston (yaitu, zat terbakar membebaskan ke sekitarnya prinsip
perangsangan).
Prestasi besar lainnya Cavendish adalah
perawatan eksperimental dan presisi. Ia mengukur kepadatan hidrogen, dan
meskipun sosoknya adalah setengah apa yang seharusnya, itu adalah mengherankan
bahwa ia bahkan menemukan urutan yang benar besarnya, mengingat betapa sulitnya
untuk mengelola zat yang keras yang. Bukan berarti aparatur sedang mentah; mana
teknik zamannya diperbolehkan, aparatur (seperti keseimbangan indah hidup di
Royal Institution) mampu menjadi hasil olahan.
Contoh lain dari keahlian teknis Cavendish
adalah Percobaan pada Rathbone-Tempat Air (1767), di mana ia menetapkan standar
tertinggi ketelitian dan akurasi. Ini adalah klasik dari kimia analitik. Di
dalamnya Cavendish juga meneliti fenomena retensi "bumi berkapur"
(kapur, kalsium karbonat) dalam larutan, dan dengan berbuat demikian ia
menemukan reaksi reversibel antara karbonat kalsium dan karbon dioksida untuk
membentuk kalsium bikarbonat, penyebab kekerasan sementara air. Ia juga
menemukan cara untuk melunakkan air seperti dengan menambahkan kapur (kalsium
hidroksida).
Cavendish mendekati sebagian besar
penyelidikan melalui pengukuran kuantitatif. Dalam rangka membangun bahwa gas
hidrogen zat yang sama sekali berbeda dari udara biasa, ia menghitung kepadatan
mereka serta kepadatan gas-gas lainnya.
Ia menemukan bahwa udara umum, serta
udara yang dibawa oleh balon dari atmosfer atas, terdiri dari nitrogen dalam
rasio 04:01 dengan volume. Ia juga menunjukkan bahwa air terdiri dari oksigen
dan hidrogen. Ia mengukur kalor fusi dan penguapan serta memanaskan spesifik
dan orang-orang dari pencampuran solusi dalam air. Pengukuran Cavendish dari
titik pembekuan berbagai solusi menunjukkan adanya komposisi yang menghasilkan
poin pembekuan maksimum dan minimum.
Cavendish membandingkan konduktivitas
listrik larutan elektrolit setara dan menyatakan versi dari hukum Ohm.
Pekerjaan besar terakhir-nya adalah pengukuran pertama dari konstanta gravitasi
Sir Isaac Newton, bersama dengan massa dan kepadatan Bumi. Keakuratan percobaan
ini tidak diperbaiki selama hampir satu abad. Eksperimennya pada listrik hanya
diterbitkan abad setelah mereka dilakukan, ketika Maxwell menemukan kembali
mereka pada tahun 1879.
5.
Karl
Wilhelm Scheele
Carl Scheele dilahirkan pada tanggal 9
Desember 1742, satu dari tujuh bersaudara. Ia menerima sedikit pendidikan formal dan tidak ada pelatihan
apapun dalam sains. Di usia 14 tahun, Scheele menjadi apoteker magang di
perusahaan Martin Anders Bauch di Gothenburg. Suplai bahan kimia yang ada di
farmasi disediakan oleh Scheele dengan memulai berbagai penelitian dan
penemuan. Ia juga mebuat sejumlah buku ilmiah yang sangat berguna saat ini.
Pada tahun 1765, Bauch menjual bisnisnya, dan Scheele mengambil jabatan dengan
Kjellstrøm di Malmö di mana ia kembali diizinkan bereksperimen. Pada tahun 1768,
Sheele pindah ke Stockholm dan kembali bekerja di dunia farmasi. Di sini ia dan
Anders Johan Retzius mengisolasi asam tartarat dari krim tartar. Hasilnya
dipublikasikan pada tahun 1770.
Udara Api (Oksigen). Pada tahun 1775 Scheele pindah
ke Uppsala di mana ia menjadi asisten di Laboratorium Lokk. Di sinilah Scheele
menemukan Udara Api (oksigen) pada suatu masa sebelum tahun 1773. Ia
menghasilkan udara api dengan beberapa cara. Pada metode yang pertama, ia
mereaksikan (menggunakan penamaan modern) asam nitrat dengan garam abu (KOH dan/atau K2CO3) yang membentuk KNO3).
Menyuling residu yang didapat dengan asam sulfat yang menghasilkan NO2 dan O2.
Pembentuknya diserap dengan Ca(OH)2 jenuh, meninggalkan oksigen (udara api). Ia
juga memperoleh udara api dari pembakaran kuat HgO dan MnO2 dan dengan
memanaskan perak karbonat atau raksa karbonat dan menyerap CO2 dengan alkali
(KOH):
AgCO3(s)
-> Ag(s) + CO2(g) + O2(g)
Dikenali
di Swedia. Pada tanggal 4 Februari 1775, Carl Scheele dipilih sebagai penerima
beasiswa ke Akademi Sains Kerajaan. Penghormatan yang luar biasa ini (dengan
dihadiri Raja Swedia) yang belum pernah diberikan (dan tidak pernah lagi)
kepada murid farmasi Köping.
Pada
tahun 1775, Carl Scheele pindah ke Köping, Swedia di mana ia menerima jabatan
sebagai pengawas farmasi. Sejak itu,
Scheele telah menerima berbagai tawaran untuk jabatan yang lebih baik di
sekitar Swedia. Kota Köping pun tidak mau kehilangan warganya yang terkenal
jadi mereka memberikannya industri farmasi sendiri, yang sebelumnya dimiliki
oleh seorang apoteker bernama pohls yang telah wafat. Janda Pohls menetap di
Köping untuk melengkapi kebutuhan Scheele. Sangat dipercaya bahwa Scheele tidak
pernah bepergian dari Köping, tapi lebih senga mengejar karir ilmiahnya.
Permasalahan
Komunikasi. Pada Abad ke 18 di Eropa, seni menyebarkan hasil kerja
seseorangsangatlah primitif dibandingkan dengan sekarang. Seringkali ahli sains
menggunakan surat pribadi yang menggambarkan hasil pekerjaannya dengan rekan
sebaya di bidang yang sama. Scheele terisolasi dari literatur ilmiah meski ia
berkomunikasi dengan Lavoisier yang mengirimkannya salinan dari bukunya.
Menulis buku adalah cara yang terbaik untuk menyebarkan hasil, bagaimanapun,
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan hasil yang cukup untuk
menulis sebuah buku dan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk
mempublikasikannya. Itulah tragedi yang dialami Carl Scheele yang menemukan
oksigen (udara api) dua tahun sebelum Priestley. Buku yang ditulis Scheele,
Chemical Treatise on Air and Fire (Risalah Kimia pada Udara dan Api), belum
dipublikasikan hingga tahun 1777, di mana pada ahli sains Eropa telah
mengetahui penemuan Priestley untuk gas yang sama (udara deflogiston) pada
tahun 1774. Ketika ia wafat, sangat sedikit yang diketahui tentang hidup
Scheele, kemiskinan yang ia alami,udara dingin ketika ia bekerja, pergulatannya
dengan penyakit dan kematiannya yang begitu cepat. Satu abad setelah
kematiannya sebelum dua orang ahli, yang bekerja dengan catatan Scheele, paper
dan surat-suratnya ditahan oleh Akademi Sains Kerajaan Swedia, dipublikasikan
pada tahun 1892 sebagai Kontribusi Ilmiah yang Penting dari Carl Scheele.
Sebuah
‘kantong udara’ digunakan oleh Scheele
Sianida
dan Janji pernikahan. Di Köping, Scheele membuat senyawa sianida, termasuk gas
hidrogen sianida, bahkan menggambarkan rasanya!Ia juga mempelajari berbagai
senyawa arsen. Tanpa ventilasi yang layak, Scheele sering terpapar dengan racun
yang mematikan. Diduga paparan inilah yang merusak kesehatan Scheele secara
serius dan memperpendek usianya. Scheele sadar dengan kesehatannya yang buruk
dan ia menyebutnya sebagai “permasalahan semua apoteker”. Carl Scheele wafat di
usia 43 pada tanggal 26 Mei 1786. Dua hari sebelum kematiannya, ia menikah
dengan janda Pohls, sehingga janda ini mewarisi semua farmasi dan
kepemilikannya.
Akhir
yang Abadi
Tidak
ada ahli kimia yang menemukan beberapa senyawa yang lebih sederhana daripada
Scheele. Ia dipuji dengan:
·
Penemuan Oksigen, klor
(yang ia sebut sebagai asam laut deflogiston), asam fluorida, silikon fluorida,
asam sulfida, asam sianida.
·
Mengisolasi dan
mngkarakterisasi gliserol, asam tartarat, asam sitrat, asam laktat, asam urat,
asam benzoat, asam gallat, asam oksalat, laktosa, asam Prussia, asam arsenat,
asam molibdat, asam tungstat, tembaga arsenit (yag dikenal sebagai hijau
Scheele) untuk pertama kalinya.
·
Melaporkan pertama kali
sifat cahaya pada garam perak (yang menjadi dasar fotografi modern).
6.
Joseph
Priesley
Joseph
Priesley, putra seorang pembuat gaun dari Leeds, lahir pada tahun 1733. Setelah
kematian ibunya pada tahun 1740, ia tinggal bersama bibinya, orang dengan
pandangan keagamaan nonkonformis yang kuat. Priestley pergi ke sekolah tata
bahasa lokal tetapi setelah 3 tahun ia sakit dan memaksanya untuk kembali ke
rumah. Joseph adalah seorang mahasiswa yang cerdas, ia mahir dalam fisika,
filsafat, aljabar, matematika, dan beberapa bahasa yang berbeda.
Setelah
kesehatannya membaik, ia kembali belajar di Daventry Academi di Northamptonsire
diamana ia belajar ilmu sejarah, ilmu pengetahuan dan filsafat. Di Daventry, ia
membaca Hartley's Observation of Mans (1749). Priestley sangat dipengaruhi oleh
pandangan Hartley tentng kebebasan dan konsep pembentukan kesempurnaan manusia
melalui proses pendidikan yang baik.
Priestley
pindah ke sebuah negara besar, berkhotbah dan mengajar. Pada tahun 1758 ia
mulai mengajarkan eksperimen-eksperimen dalam "natural philosophy"
kepada para muridnya. Pada 1761 ia pindah ke Warrington untuk mengajarkan
bahasa pada suatu akademi yang didirikan oleh para pemberontak. Disana ia mulai
tertarik mendalami ilmu pengetahuan umum dan mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti kuliah kimia dasar.
Dalam
perjalanannya ke London tahun 1766, ia bertemu Benjamin Franklin yang
membuatnya tertarik pada kelistrikan. Hal ini membuahkan suatu eksperimen, ia
menemukan konduktivitas karbon pada tahun 1766 dan menemukan bahwa muatan
listrik pada permukaan konduktor adalah tetap dan mempelajari konduksi listrik
oleh pembakaran dan menghasilkan History and Present State of Electricity
(1767).
Pada
tahun 1767 Priestley pindah ke Leeds dan tinggal disamping pabrik pembuatan
bir. Ia menjadi tertarik pada gas-gas yang terbentuk selama proses fermentasi
dan menemukan bahwa gas karbon dioksidalah yang terbentuk. Ia mulai menyiapkan
gas tersebut di rumah dan melakukan percobaan dangan air, ia menemukan bahwa
gas tersebut dapat diserap oleh air. Penemuan dari "soda
air"memberikan banyak perhatian kepadanya termasuk Royal Society's Copley
Medal.
Karena
hal tersebut, Priestley mengalihkan perhatiannya dan mempelajari gas-gas lain.
Ia memutuskan untuk mengumpulkan gas-gas tersebut disekitar merkuri bukan air
dan karena percobaannya ia berhasil untuk pertama kalinya menyiapkan
jenis-jenis gas secara acak.
Penemuan
terbesarnya pada tahun 1774, ketika ia menyiapkan oksigen dengan menggunakan
burning glass dan panas matahari untuk memanaskan oksida merah dari merkuri
dalam ruang hampa dan mengumpulkan gas yang terbentuk, ia menyebut gas tersebut
"dephlogisticated air" dan ia menemukan bahwa gas tersebut sangat
baik untuk meningkatkan pembakaran. Ia menyadari bahwa gas tersebut merupakan
komponen aktif dalam atmosfir dan konsep udara merupakan zat tunggal adalah
tidak benar. Tiga tahun sebelumnya ia telah menemukan bahwa tanaman dapat
mengembalikan udara ke keadaan semula setelah tercemar oleh pembakaran lilin.
Ia dapat mengidentifikasi bahwa oksigen merupakan agen yang terlibat dalam
metabolisme hewan dan tumbuhan.
Priestley
membenci penindasan, secara terbuka mendukung revolusi Amerika dan Perancis,
dan mengutuk perdagangan budak dan kefanatikan agama. Sebagai akibat dari
pemberontakkannya kepada pemerintah, kemarahan publik datang melawa Priestley
pada tahun 1791, Sekelompok massa merampok dan membakar rumah dan
laboratoriumnya. Dia dan keluarganya melarikan diri ke London, pada tahun 1794
ia beremigrasi ke Amerika Serikat, ia ditawari berbagai posisi termasuk dari
presidan University of Pennsylvania, tetapi ia tolak. Priestley meninggal di
rumahnya di Northumberland pada 16 Februari 1804.
D.
Sumbangan Pemikiran Lavoisier
Hanya perlu sekejap untuk memenggal kepala
Lavoisier, namun seratus tahun pun mungkin tidak bisa melahirkannya kembali.
Kata-kata ini diucapkan oleh ahli matematika Perancis, Joseph Louis Lagrange,
beberapa saat setelah kepala Antoine Lavoisier dipenggal pada 8 Mei 1794.
Antoine Laurent Lavoisier, demikian nama lengkap
ilmuwan kimia Perancis yang lahir pada tahun 1743 di Paris. Selain menguasai
ilmu kimia, Lavoisier juga menguasai berbagai ilmu lainnya, seperti hukum,
ekonomi, pertanian, dan geologi. Sebelum menekuni ilmu kimia, Lavoisier
mengikuti jejak ayahnya mempelajari ilmu hukum. Meskipun mempelajari ilmu
hukum, Lavoisier menunjukkan ketertarikannya dalam ilmu sains. Pada tahun 1768,
Lavoisier terpilih menjadi anggota Academie Royale des Sciences (Akademi
Sains Kerajaan Perancis), suatu komunitas ilmuwan sains. Pada tahun yang sama,
ia membeli Ferme Generate, perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa
pengumpulan pajak untuk kerajaan.
Lavoisier diangkat menjadi Komisaris Polisi Kerajaan
ketika berusia 32 tahun. Lavoisier diberi tangggung jawab mengelola
laboratorium serbuk mesiu. Ia mengembangkan laboratoriumnya dengan merekrut
kimiawan-kimiawan muda dari berbagai penjuru Eropa. Lavoisier dan anak buahnya
bekerja keras memperbaiki metode pembuatan serbuk mesiu. Ia dan timnya berhasil
meningkatkan kualitas dan kemurnian bahan baku pembuatan mesiu, yaitu sendawa,
belerang, dan batu bara. Hasilnya tidak mengecewakan, serbuk mesiu yang
dihasilkan laboratoriumnya menjadi lebih banyak dan lebih baik dibandingkan
sebelumnya. Itulah awal perkenalan Lavoisier dengan penelitian kimia. Sejak
itu, Lavoisier semakin giat melakukan penelitian di bidang kimia.
Usaha keras Lavoisier didukung penuh oleh istrinya,
yaitu Marie-Anne Pierrette Paulze. Marie membantu suaminya menerjemahkan
tulisan kimiawan Inggris, Joseph Priestley. Selain itu, Marie-Anne Pierrette mempunyai
keterampilan menggambar. Keterampilannya ini digunakan untuk menggambar
hasil-hasil penelitian Lavoisier.
Pada tahun 1789, kondisi ekonomi Perancis
terguncang. Harga-harga tidak stabil. Masyarakat pun resah. Pada saat itu
Lavoisier tengah asyik melakukan penelitian. Lavoisier terpaksa mengurangi
kegiatan penelitiannya karena waktunya lebih banyak tercurah untuk memperbaiki
kondisi ekonomi negaranya. Mereformasi pajak garam, mencegah penyelundupan
dengan cara membangun benteng di sekeliling Paris, dan memperbaiki metode
pertanian merupakan beberapa usahanya untuk memperbaiki ekonomi.
Walaupun memberikan banyak kontribusi terhadap sains
maupun ekonomi, hidup Lavoisier terpaksa berakhir secara tragis. Ketika terjadi
revolusi Perancis, seluruh pejabat dan bangsawan kerajaan ditangkap, termasuk
Lavoisier. Ia dikenakan dakwaan turut aktif mengambil pajak rakyat untuk
kerajaan melalui perusahaan pajaknya (Ferme Generate), menurunkan kualitas
udara kota karena membangun benteng di sekeliling Paris, mencampurkan tembakau
dengan air, dan memindahkan serbuk mesiu dari gudang senjata. Akhirnya Lavoisier
dijatuhi hukuman mati. Sesaat sebelum eksekusi dilaksanakan, Lavoisier meminta
penundaan waktu hukuman. “Saya ilmuwan bukan bangsawan”, ujar Lavoisier. Tapi
hakim dengan tegas menjawab, “Republik tidak memerlukan ilmuwan!”. Nyawa
Lavoisier melayang. Dunia berduka. Salah satu permata ilmu hilang secara
sia-sia. Benar apa yang dikatakan Joseph Louis Lagrange, “Hanya perlu sekejap
untuk memenggal kepala Lavoisier, namun seratus tahun pun mungkin tidak bisa
melahirkannya kembali.”
2.
Sumbangan
Pemikiran Antoine Laurent Lavoisier
Ilmuwan Perancis hebat Antoine Laurent Lavoisier
merupakan tokoh terkemuka di bidang perkembangan ilmu kimia. Pada saat
kelahirannya di Paris tahun 1743, ilmu pengetahuan kimia ketinggalan jauh
ketimbang fisika, matematika dan astronomi. Sejumlah besar penemuan yang berdiri sendiri-sendiri
sudah banyak diketemukan oleh para kimiawan, tetapi tak satu pun kerangka teori yang dapat jadi
pegangan yang dapat merangkum informasi yang terpisah-pisah. Pada saat itu
tersebar semacam kepercayaan yang tak meyakinkan bahwa air dan udara merupakan substansi yang elementer. Lebih buruk lagi,
adanya kesalahpahaman mengenai hakekat api. Kepercayaan yang berkembang saat itu adalah bahwa semua
proses pembakaran benda mengandung substansi duga-dugaan yang disebut "flogiston," dan bahwa selama proses pembakaran, substansi
barang yang terbakar melepaskan flogiston-nya ke udara.
Dalam jangka waktu antara tahun 1754 - 1774, ahli-ahli kimia berbakat seperti Joseph Black, Joseph
Priestley, Henry Cavendish dan lain-lainnya telah mengisolir arti penting gas
seperti oksigen, hidrogen, nitrogen dan karbon
dioksida. Tetapi, sejak
orang-orang ini menerima teori flogiston, mereka tidak mau memahami hakikat
atau arti penting substansi kimiawi yang telah mereka ketemukan. Oksigen,
misalnya, dipandang sebagai udara yang semua flogistonnya telah dialihkan.
(Sebagaimana diketahui bahwa serpihan kayu lebih sempurna terbakar dalam
oksigen ketimbang dalam udara; mungkin ini akibat udara lebih mudah menghisap
flogiston dari kayu yang terbaru). Jelas, kemajuan nyata di bidang kimia tidak
bisa terjadi sebelum dasar-dasar utamanya dapat dipahami.
Adapun Lavoisier yang berhasil dan menangani
bagian-bagian yang menjadi teka-teki menjadi satu kesatuan yang dapat
dibenarkan dan menemukan arah yang tepat dalam teori ilmu kimia. Pada tahap
pertama, kata Lavoisier, teori flogiston sepenuhnya meleset: tidak ada benda
yang namanya flogiston. Proses pembakaran terdiri dari kombinasi kimiawi
tentang terbakarnya barang dengan oksigen. Kedua, air bukanlah barang elementer
sama
sekali melainkan satu campuran antara oksigen dan
hidrogen. Udara bukanlah juga substansi elementer melainkan terdiri terutama
dari campuran dua jenis gas, oksigen dan nitrogen. Semua pernyataan ini kini
tampak gamblang sekarang, tetapi belum bisa ditangkap baik oleh
pendahulu-pendahulu Lavoisier maupun rekan sejamannya. Bahkan sesudah Lavoisier
merumuskan teorinya dan mengajukan kepada kalangan ilmuwan, toh masih banyak
juga pemuka-pemuka ahli kimia yang menolak gagasan teori ini. Tetapi, buku
Lavoisier yang brilian Pokok-pokok Dasar Kimia (1789), begitu terang dan
jernihnya mengedepankan hipotesa ini dan begitu meyakinkan serta mengungguli
pendapat-pendapat lain, barulah ahli-ahli kimia angkatan lebih muda dengan
cepat mempercayainya.
Seraya membuktikan bahwa air dan udara bukanlah unsur
kimiawi, Lavoisier mencantumkan pula dalam bukunya daftar substansi benda-benda
itu yang dianggapnya punya arti mendasar dan bersifat elementer meski daftarnya
mengandung beberapa kekeliruan, daftar unsur kimiawi modern sekarang ini pada
hakekatnya merupakan perluasan dari apa yang sudah disusun Lavoiser itu.
Lavoiser bekerjasama dengan Berthollet, Fourcroy dan
Guyton de Morveau menyusun skema sistem kimiawi yang dikenal dengan istilah
“Sistem Lavoiser” dan menjadi rujukan hingga sekarang. Ia dikenal sebagai
"Pendiri ilmu kimia modern", dengan sumbangan terbesar “Daftar
Periodik Unsur".
Berikut adalah beberapa sumbangan pemikiran Lavoisier yang
lain :
1. Lavoisier menjadi orang pertama yang
mengintrodusir prinsip penyimpanan jumlah reaksi benda kimia tanpa bentuk
tertentu. Pemikiran Lavoisier tentang kecermatan menimbang bahan kimiawi dalam
suatu reaksi mengubah kimia menjadi ilmu eksakta sehingga banyak kemajuan ilmu
kimia pada masa-masa berikutnya.
2. Kesimpulan Lavoiser tentang proses
fisiologi masih dipakai hingga sekarang. Proses pembakaran terdiri dari
kombinasi kimiawi tentang terbakarnya barang dengan oksigen. Kedua, air
bukanlah barang elementer sama sekali melainkan satu campuran antara oksigen
dan hidrogen. Udara bukanlah juga substansi elementer melainkan terdiri
terutama dari campuran dua jenis gas, oksigen dan nitrogen.
3. Lavoisier menyumbangkan pemikirannya
di bidang fisiologi. Ia melakukan percobaan dan mampu menunjukkan proses
fisiologi. Menurutnya, manusia dan bangsa binatang menimba energi dari proses
pembakaran organik secara perlahan dari tubuhnya dengan bantuan oksigen dalam
udara yang dihimpunnya.
4. Lavoisier merangkum, dan menuliskan
gagasanya yang brilian dalam sebuah buku yang berjudul Pokok-pokok Dasar Kimia
(1789), dan menjadi fondasi perkembangan ilmu kimia modern. Buku
yang dipublikasikan pada tahun 1789 itu juga memuat pendapat Lavoisier mengenai
definisi unsur kimia. Lavoisier berpendapat bahwa unsur adalah zat yang tidak
dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana. Berdasarkan hal
tersebut, Lavoisier membuat daftar 33 zat yang termasuk unsur.
5. Ia membuat suatu dalil,
yaitu “Di dalam suatu reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
“ Dalil ini dikenal dengan hukum kekekalan zat atau hukum kekekalan massa.
Berikut akan dijelaskan eksperimen Lavoisier hingga ia menemukan dalil tersebut
:
Keterlibatan gas dalam reaksi kimia
diawali dari keberhasilan Stephen Hales
(1677-1761) merancang alat analisis ga secara kuantitatif. Joseph Black
(1728-1799) menggunakan alat tersebut dalam eksperimen pembakaran batu kapur
dan kayu kemudian mengamati pembakaran gas yang mirip dengan gas
sylvestre (CO2).
Selanjutnya seorang ilmuwan bernama
Joseph Priestley (1733-1840) melakukan eksperimen pemanasan calx merkuri
(oksida merkuri). Ia memperoleh sejenis gas dan menemukan bahwa materi dapat
terbakar lebih hebat dalam gas tersebut. ia menamakan gas tersebut udara
tanpa phlogiston (dephlogisticated air).
Di tahun 1774, Priestley bertemu Antonie
Lavoisier (1743-1749). seorang pelopor yang percaya pentingnya membuat
pengamatan kuantitatif dalam eksperimen. Lavoisier kemudian mengulang
eksperimen Priestley. Ia memanaskan 530 gram logam merkuri dalam suatu wadah
yang terhubung dengan udara dalam silinder ukur yang tertutup. Di akhir
eksperimen, volume udara dalam silinder ternyata berkurang sebanyak 1/5 bagian.
Sedangkan logam merkuri telah berubah menjadi calx merkuri dengan massa 572,4
gram atau terjadi kenaikan massa sebesar 42,4 gram. Besarnya kenaikan massa ini
ternyata sama dengan massa 1/5 bagian udara yang hilang. Ia menyadari bahwa 1/5
bagian udara tersebut adalah udara tanpa phlogiston yang bergabung dengan logam
merkuri membentuk calx merkuri. ia menamakan 1/5 bagian udara tersebut sabagai
oksigen.
Logam merkuri (530) + Gas Oksigen (42,4) Calx Merkuri (572,4)
Penemuan ini menjelaskan mengapa oksida
logam yang terbentuk pada pembakaran logam mempunyai massa yang lebih besar
dibandingkan logam awal. Hal ini juga membuktikan bahwa teori phlogiston tidak terbukti
kebenarannya.
Penganut teori Lavoisier mula-mula adalah Black pada
tahun 1784, kemudian berturut-turut Berthollet (1785), Guyton de Morveau
(1786), dan Fourcroy (1787). Bersama-sama ketiga ahli ini Lavoisier menyusun
buku tentang tata nama kimia pada tahun 1787 dengan “method de Nomenolature
chimiqe”. Selain itu, Lavoisier memberikan definisi tentang unsure. Ia menyusun
unsur-unsur menjadi empat golongan. Golongan pertama terdiri atas H, N, O,
kalor dan cahaya. Golongan kedua terdiri atas belerang, fosfor, karbon yang
pada pembakaran terjadi asam. Golongan ketiga terdiri atas logam-logam dan
golongan keempat atau golongan tanah yaitu kapur, magnesia, barita, alumina,
silica. Atas penelitiannya ini, ia menulis buku yang berjudul “Traite Elementaire Chimie” pada tahun
1789.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusterbaik mas, aku suka perisiannya kok. bermanfaat sekali buat aku yang masih belajar di SMA
BalasHapus