Sabtu, 03 Juli 2021

SAFAR, SI PENAMPAR ELIT PENERUS NADIAH

 

Pernah punya teman yang suka nampar nda? Aku pernah. Dan alhamdulillah Allah selalu mempertemukan aku dengan teman  yang tipenya suka tiba-tiba nampar kayak gini.

Nampar disini bukan dalam artian nampar pake tangan ya tapi pake kalimat yang masuk akal. Kalo ketemu teman yang namparnya pake tangan, dijamin aku udah kabur duluan dari zona pertemanannya sebelum tangannya nyentuh pipiku.

Dulu, pas masih kuliah aku punya Nadiah yang suka tiba-tiba ngucapin kalimat yang meski cara ngucapinnya santai tapi cukup nampar, terutama saat aku suka menunda sholat. Allah sebaik dan sesayang itu mempertemukan aku yang suka lalai sama Nadiah yang nda pernah berenti belajar dan nularin ilmunya ke aku.

Setelah lulus, aku masih sering ditampar sama Nad meski cuma lewat chat dan dia nda sadar sama sekali.

Senin, 21 September 2020

Home

 

Source : Webtoon


Ada satu webtoon yang sangat ku suka. Judulnya Noblesse. Pecinta webtoon fantasi pasti pernah baca. Di chapter 537, Rai mengatakan kepada Muzaka “Home. I wish I were home”. Entah kenapa aku sangat suka kalimat ini dan tiap lelah dengan anehnya kalimat ini terngiang di kepalaku.

Rumah.

Bagi yang membaca chapter ini, pasti tau banget gimana perasaan Rai waktu ngucapin kalimat ini dan selelah apa dia waktu itu. Waktu baca kalimat ini, entah kenapa mataku tiba-tiba berkaca-kaca dengan alaynya. Maklum ya, aku ini tipe pembaca yang selalu larut sama apa yang dibaca dan seringnya emosiku dipengaruhi sama bacaanku.

Sabtu, 19 September 2020

Nadiah, Alarm Akhirat Terbaikku

 

“Huaaaaa, chat ku tehapus semua” teriakku suatu hari saat memindahkan akun Whattsap ku ke ponsel baru dan lupa mencadangkan pesan sebelumnya. Teman-temanku yang kala itu melihatku menertawakanku kemudian bertanya “emang ada yang pentingkah?” dan yang lain menimpali, “sedihkan chatmu sama si A hilang?”

Iya, aku sedih karena chatku hilang. Chat dari seseorang yang penting. Chat yang sudah ku simpan selama 3 tahun lebih dan kadang ku baca saat rindu. Chat dari sahabatku yang sudah menjadi seorang ibu saat sahabat-sahabatnya masih bingung memilih jalan sendiri. Chat dari sahabatku yang tak pernah lelah menjadi alarm akhiratku.

Dia sahabat yang ku kenal di masa kuliah, yang memberiku nama panggilan Juju yang terus ku pakai sampai sekarang (awal kenal aku dipanggil Juma dan dia sangat tidak suka karena menurutnya itu nda cocok untukku), yang selalu marah karena kami terlalu sering memakai baju atau jilbab dengan warna yang sama tanpa janjian, yang dulu mendaulat dirinya sebagai pembalap Loa Janan, yang sejak awal paling tahu arah hidup yang diinginkannya dibandingkan sahabatnya yang lain.

Jumat, 18 September 2020

Dwi Rahayu, Sahabat Anehku


Hello hello nareum daero yonggil naesseoyo

Hello hello jamsyegi halraeyo

Aku teringat mama tiap kali mendengar lagu ini. Aneh ya ma.

Mungkin mama lupa, tapi mama orang pertama yang memamerkan lagu tersebut ke aku sekaligus yang mengenalkan aku dengan perkpopan.

Ah, aku jadi makin rindu mama karena lagu ini.

Ma, kok dulu kita bisa akrab ya. Aku masih bingung dari mana kisah hubungan aneh ibu-anak kita ini dimulai. Entah dari rantai jarkom yang menempatkan kita dalam 1 rantai, dari mama teriak dari belakang sambil menunjuk diri dan berteriak dengan heboh “ini aku Dwi Rahayu. Aku Dwi” dan aku cuma bisa senyum canggung kemudian membuang muka dan berharap nda berurusan sama mama lagi, dari kelompok mentoring yang kita tiba-tiba dijadikan 1 kelompok, atau karena Leonardo yang seolah menjadikan kita satu kesatuan dari kalimatnya. Aku masih tak punya gambaran sama sekali kenapa kita bisa menjadi akrab dan bisa jadi ibu-anak aneh.

Sabtu, 31 Agustus 2019

Coreten Absurd si Kampret




Akhir-akhir ini aku merasa jauh dari kalian.

Sangat jauh. Dan sialnya perasaan ini muncul bukan karena jarak, toh jarak udah memisahkan kita semua ratusan bahkan ribuan kilometer jauhnya sejak satu persatu dari kita mengenakan toga.

Perasaan ini muncul karena akhir-akhir ini aku merasa buta akan keadaan kalian.

Saat kalian mempunyai kabar bahagia, aku menjadi yang terakhir tahu karena malas membuka sosial media dimana aku bisa mencari tahu kabar kalian. Dan saat kalian sedih, berduka bahkan terpuruk lagi-lagi aku jadi yang terakhir tahu karena terlalu malas mengaktifkan paket dataku dan saat paket dataku ku aktifkan, sialnya aku masih sangat malas membuka sosmed untuk melihat perkembangan kalian.

Kamis, 03 Mei 2018

Aku Memanggilnya Bu Sum

Hari ini aku rindu. Rindu yang sama, yang selalu ku rasakan sejak lulus SD. Rindu berkepanjangan yang sialnya sejak beberapa tahun terakhir tak pernah bisa lagi terobati dengan sebuah pertemuan singkat.
Dimulai dari kemarin saat tulisan serta gambar tentang hari pendidikan nasional memenuhi beranda serta story sosial mediaku. Bukan hanya saat hardiknas tahun ini sebenarnya. Setiap tahun tiap hardiknas dan hari guru rindu ini sangat terasa. Rindu akan sosok yang membuatku jatuh cinta terhadap matematika dan deretan angka.

Minggu, 26 Juli 2015

Teruntuk Sahabatku



Teruntuk sahabatku yang suaranya hanya mampu ku dengar melalui kotak kecil dengan bantuan sebuah operator.
Teruntuk sahabatku yang kabarnya hanya mampu ku ketahui melalui pesan singkat yang kehadirannya pun tak dapat ku rasakan setiap hari.
Teruntuk sahabatku yang tangis serta tawanya hanya mampu ku lihat dalam kotak kenangan yang tersimpan rapi di memoriku.
Aku merindukan kalian.
Sangat.
Konyol memang mengingat sebelumnya kita hanya beberapa orang asing yang dipertemukan oleh takdir yang lucunya membuat kita terikat satu sama lain.
Oke aku lebay hahahaha..
Tapi aku tak pernah merasa lebay tiap merindukan kalian.
Sumpah..

Selasa, 21 Oktober 2014

Songfic: Apalah Arti Cinta



Aku memandangnya dari jauh. Membelai pelan pipinya yang putih melalui indera penglihatanku. Mencuri dengar canda tawanya yang terdengar seperti alunan melodi indah di indera pendengaranku. Ingin rasanya berada di antara kumpulan teman-temannya yang saat ini larut dalam canda bersamanya namun aku sadar hal itu tak mungkin mengingat aku dan dia telah sepakat membangun sebuah tembok pemisah antara kami berdua.
Apalah arti cinta
Bila aku tak bisa memilikimu
Aku berjalan menyusuri koridor sekolahku yang sudah sepi. Jelas saja sepi, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Jangankan siswa-siswi di sekolahku, satpam sekolah saja aku yakin sudah pulang atau setidaknya sedang siap-siap untuk pulang. Terima kasih banyak deh buat bu Mida yang telah menyuruhku menulis ulang 25 halaman materi sejarah sebelum pulang sekolah sebagai hukuman karena telah tidur di kelasnya dan membuatku pulang kesorean.

Senin, 20 Oktober 2014

KIMSOR PLANETNYA PARAMEN



Kimsor. Satu kata sederhana dengan hanya 6 huruf yang menyusunnya. Namun dari kata sederhana itulah kisah ini tercipta. Kisah yang diawali oleh 56 orang yang tak saling mengenal satu sama lain. Kimsor sama seperti pohon. Secermat apapun kita merawatnya, serajin apapun kita memupuknya, pasti akan ada beberapa ranting yang akhirnya akan patah. Dan karena beberapa ranting kimsor patah, akhirnya kisah ini hanya diakhiri oleh 53 orang.
Kimsor dengan 56 orang.
Pertemuan pertama hanya ada kesan asing dan aneh. Asing karena tak saling mengenal dan aneh karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Berawal dari perkenalan secara umum oleh sekelompok orang yang kuasanya lebih tinggi kemudian dilanjut pemilihan ketua tingkat dengan kandidat yang memiliki visi dan misi super konyol. Pertemuan pertama kami kemudian diakhiri dengan pembuatan jarkom (jaringan komunikasi). Hari itu, hampir semua warga kimsor pulang dengan mendapatkan kenalan baru. Ya, hampir semua karena nyatanya saat itu aku tak mempunyai kenalan sama sekali.

Jumat, 26 September 2014

Sedikit Tentangmu, Sahabat Kecilku



Sebenarnya aku merasa konyol menulis ini, tapi setidaknya setelah menulis ini aku berharap semua kekesalanku di masa lalu menghilang.
Aku punya seorang sahabat. Aku biasa manggil dia Ade dan itu membuat aku seolah-olah lebih tua daripada dia, padahal kalau aku sama dia bandingin akte kelahiran jelas-jelas dia lebih tua. Kadang mau ngikutin keluarganya manggil dia Enceng, tapi lidah rasanya keseleo kalau manggil dia kayak gitu.
Aku pertama ketemu sama dia waktu kelas 1 SD, di hari pertama kami mengenakan seragam putih merah. Persahabatan kami berawal dari menjadi teman sebangku. Aku masih ingat kalimat pertamanya untukku waktu itu. Kamu nangis, ya? Begitulah ucapan pertamanya saat melihat mataku berkaca-kaca. Kalimatnya terkesan mengejek, tapi kalau kalian mendengar caranya mengucapkan waktu itu, kalian pasti bakalan memikirkan hal yang sama denganku yaitu dia tidak berniat mengejek sama sekali. Nadanya lebih terdengar khawatir. Mungkin hari itu dia khawatir kalau orang-orang mengira dia yang membuatku menangis kalau sampai air mataku memang keluar.
Bisa dibilang si Ade ini temanku yang paling sabar. Tiap kali aku berulah, dia Cuma tersenyum ataupun tertawa. Dia teman yang tak pernah membuatku merasa aku nggak punya apa yang temanku punya. Saat aku tak punya buku paket, dia akan menyediakan buku paketnya untuk ku gunakan. Sampai sempat suatu hari aku menghilangkan buku paketnya, dan tau bagaimana reaksinya? Dia cuma diam. Mungkin dia marah, tapi dia juga tak menuntutku untuk menggantinya. Hari itu, untuk pertama kalinya, aku takut berada didekatnya.